=Hamimeha

Mengejar Impian; Karier atau pekerjaan?

21 komentar
Konten [Tampil]


 "Memang cita-citamu apa, Mim?" kata Mamak sambil tidur tengkurap dengan posisi kepala yang sedang aku cabuti rambut putihnya. Sejenak aku berpikir lalu aku nyeletuk," Guru TK!" Jawabku mantap seolah itu sudah aku rencanakan sejak lama. Sontak mamak tertawa dan berkata, "Orang kamu lho jijikan. Nanti kalau ada anak yang 'bab' di kelas gimana?" Mamak terus bicara seakan menertawakan cita-citaku kala itu. Beliau kenal betul bagaimana karakter putri kecilnya itu. Setelah beranjak dewasa, ternyata memang tidak mudah menentukan impian. Terlahir dari keluarga yang pas-pasan, bagi kami adalah keberuntungan bisa sekolah sampai SMA. Apalagi jika lulus sekolah mendapatkan pekerjaan yang di pandang layak oleh masyarakat, gaji mengalir tiap bulan. Bisa ketebakkan? Iya. Pegawai!


Tapi setelah melewati banyak fase dalam hidup. Terjerumus di sebuah jurusan yang aku kira sesuai dengan kesukaanku saat  sejak kecil yakni bemain dengan angka. Jurusan apa itu? Matematika. Namun jauh impian dengan tingginya harapan. Aku tak cukup menikmati semasa kuliahku. Alhasil, aku merasa kecewa pada diriku sendiri. Oh, ternyata aku salah jurusan.

Sering kali pertanyaan itu mampir, "Dapat apa selama kuliah?". Kujawab dalam hati, "Dapat hikmahnya!". Tak sepenuhnya salah sih, sebab aku benar-benar merasa membuka cakrawala berpikirku ketika di bangku perguruan tinggi. Mungkin inilah hikmahnya. Nyaris, aku adalah aktivis yang nyambil belajar (kuliah). Sks belajarku tak lebih banyak dari rapatku di organisasi, hahaha.

Meski akhirnya aku menyadari apa yang aku lakukan ini kurang tepat. Amanahku sebagai seorang anak yang pamitan belajar harusnya belajar dengan baik. Aku menjalankannya, tapi bukan belajar mata kuliah melainkan pelajaran kehidupan. Titik balik inilah yang membawaku hingga seperti ini.

Barang kali, jika aku mengejar profesi yang aku tulis dalam rancangan diaryku. Mungkin sekarang aku akan bergelut dengan dunia hitung-hitungan. Berangkat pagi pulang petang. Menghitung resiko dari seorang nasabah yang mengambil pinjaman  atau kredit jangka panjang. Pasti membosankan. Banker, seorang pegawai bank itu adalah pekerjaan impianku dulu.

Di setiap fase hidup yang aku lewati ini, aku bersyukur. Mungkin aku tak bisa menggapai pekerjaan impian yang dulu aku idamkan. Padahal tinggal satu kali tes aku berhasil meraihnya. Nyatanya, takdir Tuhan berkata lain. Aku gagal dan banting setir sebagai seorang guru. Guru SD.

"Daripada jadi guru TK, jadi guru SD saja," kata Mamak yang masih menertawai mimpiku. "Gak ah!" kataku setengah teriak mendengar ide Mamak menjadi guru SD. Agaknya aku mendapat karma atas apa yang aku ucapkan. Apa yang aku tak suka malah itu yang aku dapatkan hwkakaka.


Apakah selesai menjadi guru SD?
JELAS TIDAK! Tapi aku menikmati bergaul bersama anak-anak. Selama bekerja sebagai seorang guru khususnya anak sekolah dasar. Alih-alih anak-anak yang sekolah sejatinya akulah yang sekolah kehidupan dengan mereka. Jika ditanya, mengapa anak-anak ditingkat SD seringkali lebih kuat pelajaran akhlaknya dibanding jenjang pendidikan selanjutnya? Karena ditingkat inilah. Masa dimana karakter baik itu ditanam. Selesai melawati fase golden age mereka. Anak-anak memasuki fase dimana lingkungan mengambil peran penting dalam menguatkan karakter mereka. Lagi-lagi aku bersyukur. Pengalaman selama mengajar inilah yang membawaku menyukai dunia parenting seperti sekarang ini. Terlebih saat aku diamanahi buah hati di keluarga kami.

Pengasuhan adalah kunci penting pendidikan awal seorang anak dan pendidikan itu berawal dari rumah. Siapa gurunya? Orang tua mereka.  Sekolah adalah mitra, jadi jika ada orang yang mengklaim bahwa bagaimana guru mendidik anak mereka selama sekolah. Maka sebaiknya ia bercermin terlebih dahulu. Bagaimana pendidikan yang mereka lakukan kepada anak-anak selama di rumah?


Nah, jelas ya!
Lalu apakah sekarang aku bangga sebagai seorang guru?
Tentu! Guru bagi anak-anakku. Tapi aku tak menyebutnya sebagai pekerjaaan. Karena ini adalah sebuah pengabdian yang berbalut rasa tanggung jawab. Tanggung jawab kepada Pemilik Nyawa yang mengamanahkan malaikat-malaikat kecil itu di rumah.

Seiring berjalan waktu, semakin aku mencoba mengenali diri. Menyelam ke dasar hati. Apakah yang sebenarnya sangat ingin aku lakukan? Apakah itu sebuah karier atau pekerjaan?


Apakah berbeda antara karier dan pekerjaan?

Dalam hal ini mari sedikit kita kupas seputar karier dan pekerjaan (job).

A. Berdasarkan definisinya

Menurut KBBI, karier adalah perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan, jabatan, dan sebagainya. Sederhanya adalah proses, jenjang dalam menapaki jalan kesuksesan kita.

Sedangkan pekerjaan menurut KBBI adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu;barang apa yang dilakukan (diperbuat, dikerjakan, dan sebagainya); tugas kewajiban; hasil bekerja; perbuatan.

Pada umumnya pekerjaan ini lebih familiar dengan sebutan profesi. Apa profesimu? Menurut KBBI, profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu.

Nah, sudah jelas bukan apa itu karier dan pekerjaan? Jika kamu saat ini berada di fase mengejar mimpi. Silakan saja kamu rumuskan dengan jelas. Mengenali potensi diri dari awal dan menemukan langkah menuju tujuan hidup yang ingin kamu capai akan jauh lebih mudah.

Setelah lebih dari seperempat abad usia, aku menyadari tentang satu hal. Bahwa bukan tentang kamu jadi apa? Tapi dari apa yang kamu punya sekarang bisa memberi kemanfaatan yang lebih besar. Tak peduli sebagai apa kamu. Melainkan kamu berjuang dengan alasan kuat mengapa kamu mau menjadi atau melakuan itu.

B. Berdasarkan buku career snippet

Menurut pemahaman mereka, pekerjaan (job) adalah sepenuhnya milik perusahaan tempat bekerja dan meliputi segala hal sehubungan dengan tanggung jawab, otoritas, jabatan, dan gaji. Sedangkan karier adalah milik diri sendiri dan menyangkut segala hal berkenaan dengan hal-hal yang sifatnya pribadi termasuk didalamnya: passion, dreams or purpose of life, and values untuk mencapai elemen paling penting yakni, kebahagiaan dan fullfillment

Kemudian akan muncullah pertanyaan, manakah yang harusnya kita kejar. Karier yang lebih menekankan kepada passion kita tapi tak menghasilkan atau pekerjaan yang jelas secara pendapatan. Pun nilai di mata sosial.


Mungkin jawabn dari Yoris Sebastian ini bisa membuka mindset kita yang terlalu terkotak-kotak. Dia berkata," Saya mempunyqdi bajyaj passion, namun tentunya saya pilih passion sayang yang bisa menghasilkan uang yang cukup untuk dapur mengepul. Jangan sampai kita terjebak dengan passion yang kita sangat enjoy namun tidak bisa menghidupi kita sehari-hari." 

Nah loh! 
JLEB banget kan!

Mungkin aku pernah berada di posisi comfortzone.
Hingga di titik tertentu muncullah sebuah kondisi yang kenapa aku mulai bosan ya?

Ternyata dalam careercoaching disebutkan bahwa melakoni pekerjaan yang tidak sesuai panggilan hati memang terasa berat dan hanya semakin berat. Ujung-ujungnya akan banyak alibi-alibi yang dikeluarkan. Padahal bisa jadi itu hanya alasan. Alasan utamanya adalah karena tak sesuai dengan passionnya kita saja sih. 

Maka apa yang harus kita lakukan? 

Know yourself. 
Know your passion.
Know what you want in life.
And know the options and consequences.


Dan hal penting yang perlu kita pahami adalah kita ini adalah bagian dari masterpiece kehidupan ini. Bisa jadi adalah bagian kecil saja. Namun percayalah bahwa Tuhan tak menciptakan apapun di dunia dengan sia-sia. 

Mungkin kamu hanya menjalankan peran kecil. Akan tetapi jika kamu menjalan peran itu dengan baik maka itu akan menjadi kesempuranaan bagi terbentuknya grand design kehidupan. Hal yang perlu kita luruskan dalam hal ini adalah tujuan. Saat kita mengambil peran entah itu masih berupa job atau jenjang kariermu. Maka ingatlah, bahwa tujuan terbaik itu adalah memberi kontribusi dan manfaat semaksimal mungkin bagi orang lain and for the universe. 

Dan,
Peran terbaik adalah yang sesuai dengan passion kita.
Bukankah bekerja sesuai passion itu jauh lebih menyenangkan? Itulah yang aku rasakan sekarang.


Penulis. Aku tak menyebut ini pekerjaan, tapi aku bisa sebut bahwa inilah karierku. Masih pemula sih, tapi aku tak pernah menyesal. Meski terlambat namun aku bersyukur. Allah masih membuka jalan untukku berkesempatan berbagi inspirasi dari tulisan-tulisanku. Dan yang paling penting, aku tahu "stroght why" atas pilihanku.

Penulis bukanlah pekerjaan impianku. Akan tetapi, aku sedang menata langkah menjalani karierku melalui menulis. 
Doakan ya 🙏😁

Bagaimana dengan kamu?

Hamimeha
Bismillah, lahir di Pulau Garam, tumbuh di kota Santri, menetap di kota Pahlawan., Saat ini suka berbagi tentang kepenulisan-keseharian-dan parenting., ● Pendidik, ● Penulis 11 buku antologi sejak 2018, ● Kontributor di beberapa media online lokal dan nasional sejak 2019, ● Praktisi read a loud dan berkisah, ● Memenangkan beberapa kompetisi menulis dan berkisah, ● Narasumber di beberapa komunitas tentang parenting dan literasi. ●

Related Posts

21 komentar

  1. Sama mbaa. Sebenernya menulis passion daridulu. Kalau bisa jadi pekerjaan akan sangat bersyukur bangett aku. Alhamdulillah juga sedang berjalan menuju kesana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selamat selamat semangat!..
      Masih meniti jalan. .

      Hapus
  2. Waah keren kak, perjalanan hidup sangat inspiratif😇

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi.. alhamdulullah jadi ada pengalaman yang bisa diceritakan kak.

      Hapus
  3. Wah sama banget loh kita. Biar terlambat daripada tidak tahu mau apa ya. Akupun bersyukur bisa menulis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Allah.. samaan ya. Semoga tetap istiqomah

      Hapus
  4. aku pernah bermimpi jadi penulis, eh ternyata aku mendapatkan kesempatan itu juga. jadi penulis di blog sendiri dan di media online lainnya, alhamdulillah pernah juga menulis buku walau belum terjual bereksemplar2,

    but its okay, karena poin dari proses kehidupan ini aku jadi belajar untuk tidak takut bermimpi. kalau karir, aku sepertinya masih mencari-cari, karir apa yang sangat cocok untukku...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bunda, semua adalah proses pembelajaran bagi pribadi kita. Semoga segera menemukan karier yang pas y bun.

      Hapus
  5. ngomongin passion ini semakin menggaung diantara obrolan generasi milenial sekarang yaaa. Kadang berpikir, apa passionku? setelah kukulik, diantara semua yg kusuakai, memang menulis jadi jalanku yg masih konsisten kulakukan saat ini. Makanya, bersyykur banget ada blog. jadi bisa disalurkan di sana..

    BalasHapus
  6. Akuuu. Dari kecil aku suka nulis. Bahkan SD aja dah nulis dear diary dengan diary colorful dan bergembok. Aku nulis di sana kalau besar pingin jadi penulis wkwk. So far masih hobi sih menulis. Cuma belum jadi karir/pekerjaan. Let's see. Semangat bermanfaat untuk sekitar ya mba:)

    BalasHapus
  7. Setuju! Pekerjaan, karir terbaik adalah yang tumbuh dari hati

    BalasHapus
  8. saya baru tahu tentang pengertian air masing-masing pekerjaan dan karier, baru ngeh juga saya hehe. btw saat ini mungkin saya sedang mengejar mimpi ingin menjadi ini menjadi itu. memang penting bangte ya mengenai ourself, passion kita dan mau ngelakuin apa biar ga keluar masuk kerjaan dan banyak alibi

    BalasHapus
  9. TOSS! Menjadi seorang penulis khususnya blogger, adalah pilihan saya sejak 3 tahun lalu. Dan saya menyebut ini sebagai profesi, profesi IRT yg menyenangkan pastinya, karena sekaligus bisa membersamai keluarga di rumah.

    terima kasih untuk sharingnya mbak :D

    BalasHapus
  10. Aku pun pernah merasakan jadi guru SD mbak. But i dont realky like teaching.. makanya ketika dapat tawaran jadi penulis konten.. attribut jadi guru kulepas. Alhamdulillah semakin berkembang hingga hari ini.. dari yang awalnya nulis konten buat blog orang.. kini update konten buat blog diri sendiri.

    BalasHapus
  11. Wah mbak, mulia banget cita2 jadi guru. Tapi congrats udah menemukan mimpi dan kariermu.

    BalasHapus
  12. Buatku jadi guru itu profesi paling mulia, yang aku sendiri nggak sanggup. Ngajar anak sendiri aja suka gak sabar, apalagi anak orang :) apa pun pilihan karirnya, kalau dijalani dengan senang hati, insha Allah banyak manfaatnya untuk diri sendiri dan orang lain ya Kak :)

    BalasHapus
  13. kalo menurutku tetapn kejar keinginanmu mba ... anggap aja kerja sekarangbuntuk penunjang semangatmu

    BalasHapus
  14. Kalau saya lebih suka pilih karier yang sesuai passion, mbak. Biar kita bisa tahu pekerjaan mana yang cocok dengan skill kita yang miliki

    BalasHapus
  15. Semangat mbak dulu cita-citaku jadi guru pengen kayak bapak tapi nggak kesampaian. Malah jadi blogger dan womenpreneur tapi sama-sama sih sering ngajar UKM hepi bisa bantu banyak orang.

    BalasHapus
  16. Semangatt ya mba, cerita mba ini juga saya alami. gamang banget kalau kena salah jurusan ini mba. Semangat jadi pengajar yaa

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular