=Hamimeha

Satukan Gerakan Merangkul Banyak Pihak Untuk Dampak Lebih Luas Bersama Kampung Lali Gadget

Posting Komentar
Konten [Tampil]
satu gerakan berdampak luas bersama kampung lali gadget
Mari kita bayangkan sejenak, rimbunan pohon yang menari pelan ditiup angin, gemerisik daun hijau yang bersahut-sahutan, dan bangunan-bangunan vintage yang seolah menyimpan cerita masa lalu. Di sudut kampung itu, terdengar tawa riang anak-anak bermain kelereng, patel lele, gobak sodor, bahkan berlumur tanah yang dicampur air. Bukan nostalgia, ini nyata. Ini Kampung Lali Gadget (KLG).

Di tengah era digital yang membungkus masa kecil dengan layar dan notifikasi, Kampung Lali Gadget di Sidoarjo hadir sebagai oase. Ia menghidupkan kembali romantisme masa kecil yang penuh gerak, tawa, dan interaksi nyata. Di sini, anak-anak tidak sibuk menatap layar, mereka sibuk menatap langit, tanah, dan wajah teman-teman mereka.

Bermain bukan sekadar hiburan. Ia adalah stimulasi paling murah dan paling alami untuk tumbuh kembang anak. Namun, di zaman yang serba digital, bermain di dunia nyata menjadi barang langka. Data dari Badan Pusat Statistik tahun 2024 menunjukkan bahwa 39,71% anak usia dini di Indonesia sudah menggunakan telepon seluler, dan 35,57% diantaranya telah mengakses internet. Ironisnya, banyak dari mereka mengakses gadget tanpa pengawasan, bahkan sejak usia balita.

Studi demi studi menguatkan kekhawatiran bahwa paparan gadget berlebihan berdampak pada perkembangan fisik, sosial, emosional, dan kognitif anak. Mereka menjadi lebih pasif, kurang empati, dan cenderung mengalami gangguan fokus. Kita tak bisa menolak kehadiran teknologi, tapi kita bisa memilih cara untuk menyeimbangkannya.

Sobat Hamim, jika kamu percaya bahwa masa depan anak-anak dimulai dari permainan sederhana dan interaksi nyata, maka Kampung Lali Gadget adalah cerita yang layak kamu simak. Siap menyelami lebih dalam bagaimana kampung ini mengubah cara kita melihat tumbuh kembang anak?

Kampung Lali Gadget: Dari Dolanan ke Gerakan Nasional

Kampung Lali Gadget bukan sekadar tempat bermain melainkan sebuah gerakan. Gerakan yang mengajak kita kembali pada fitrah anak yaitu bermain, belajar, dan bertumbuh melalui alam dan budaya. Di sini, anak-anak tidak hanya mengenal permainan tradisional seperti gobak sodor, engklek, dan egrang, tetapi juga belajar berinteraksi dengan alam dan menyerap nilai-nilai kearifan lokal yang mulai terlupakan.

Pendekatan berbasis budaya ini bukan hanya menyenangkan, tapi juga menyembuhkan. Kampung Lali Gadget menjadi ruang aman bagi anak-anak untuk tumbuh tanpa tekanan digital, sekaligus menjadi cermin bagi orang tua untuk kembali merenungi esensi pengasuhan. Gerakan kecil ini mungkin tampak sederhana, namun seperti efek kupu-kupu, ia mampu mengubah arah angin besar. Ketika satu anak kembali bermain tanah, satu keluarga mulai membatasi layar, dan satu komunitas mulai bergerak bersama—maka perubahan besar sedang dimulai.

Inilah yang sedang diupayakan bersama yakni menyatukan gerakan, merangkul banyak pihak, dan melangkah bersama demi dampak yang lebih luas dan berkelanjutan.
“Jika untuk mendidik satu anak diperlukan kontribusi satu desa, maka untuk membangun peradaban yang baik dibutuhkan kontribusi dari kita semua. Langkah kecil itu telah saya mulai.” — Achmad Irfandi, Founder Kampung Lali Gadget
Bukti gerakan Kampung Lali Gadget yang berdampak dan berkelanjutan terbukti dengan keberhasilannya dalam meraih penghargaan sebagai Organisasi Masyarakat Sipil berkelanjutan terbaik ketiga di Indonesia. Goals sederhana KLG yang berfokus untuk mendampingi tumbuh kembang anak-anak tanpa distraksi teknologi yang belum perlu secara langsung sudah mendukung salah satu poin SDGs (Sustainable Development Goals) yakni tujuan SDGs nomor empat, yakni Pendidikan Berkualitas.

Perjalanan Kampung Lali Gadget: Dari Keresahan Menuju Harapan

Gerakan ini lahir dari keresahan terhadap dampak negatif teknologi pada anak-anak. Bermula dari kegiatan literasi kolaboratif, muncullah inisiatif “Dolanan Tanpo Gadget” yang melibatkan berbagai komunitas. Dari sinilah istilah “Kampung Lali Gadget” tercetus melahirkan sebuah kampung tematik yang dibangun bukan karena potensi wisata, melainkan karena semangat perubahan.

Kampung Lali Gadget berlokasi di Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Meski lahannya tidak terlalu luas, kawasan ini mampu menampung puluhan anak-anak sekaligus dalam berbagai aktivitas. Kini, fasilitasnya semakin beragam antara lain ada pendopo baca, kolam bermain, area kesenian, dan wahana outbound di sawah serta lapangan terbuka yang dirancang untuk permainan tradisional.

Tujuh tahun perjalanan sejak 2018 bukanlah hal mudah. Namun Kampung Lali Gadget terus tumbuh, berkembang, dan meluaskan dampaknya dari dolanan sederhana menjadi gerakan nasional yang menginspirasi banyak pihak. Perjalanan panjang itu tercatat dengan apik sebagai gerakan yang konsisten dan berkelanjutan seperti terlihat di infografis di bawah ini!

Perjalanan Kampung Lali Gagdet
Mengulik Langkah Besar Konsisten Kampung Lali Gadget dan Dampaknya


Perlu Sobat Hamim ketahui, kehadiran Kampung Lali Gadget (KLG) tidak hanya berdampak bagi anak-anak, tetapi jauh melampaui itu. Meskipun berawal dari keresahan terhadap kondisi anak-anak yang kecanduan gadget, Irfandi dan tim terus melangkah dengan strategi yang konsisten dan berkelanjutan. Konsep yang dibawa KLG sangat sederhana: aktivitas yang tidak terdistraksi oleh gawai. Sederhana, tapi bermakna.

Konsep ini diwujudkan dalam bentuk kawasan yang dirancang untuk mengajak anak-anak, remaja, hingga orang dewasa melepaskan diri dari ketergantungan digital. Dengan pendekatan edukasi yang menyenangkan, desa wisata ini menghadirkan berbagai kegiatan interaktif yang berfokus pada pengembangan keterampilan sosial, kecintaan terhadap lingkungan, dan kreativitas.

Langkah kecil yang dijalankan secara konsisten kini mulai menunjukkan dampaknya. Kampung Lali Gadget telah dikenal sebagai destinasi wisata edukasi yang menarik bagi keluarga, sekolah, dan komunitas. Hingga tahun 2025, tercatat sebanyak 35.20 penerima manfaat telah merasakan dampaknya, melalui berbagai bentuk layanan dan kolaborasi dengan sekolah maupun komunitas lainnya.

Yang membahagiakan, para pengunjung tidak hanya menikmati keindahan alam di KLG, tetapi juga membawa pulang pengalaman yang berkesan baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Lebih dari itu, pertumbuhan KLG turut menggerakkan roda ekonomi masyarakat sekitar. Penduduk lokal kini memiliki akses ke lapangan kerja baru, mulai dari pemandu wisata, instruktur kegiatan, hingga pengelola homestay. Pelestarian budaya dan lingkungan pun menjadi prioritas utama, menciptakan harmoni antara kebutuhan modern dan tradisi lokal.

Satu gerakan bisa memberi dampak luas ke berbagai aspek. Langkah kecil dengan dampak besar sangat mungkin terjadi jika dijalankan secara konsisten. Tapi pertanyaannya, “Apakah perjalanan Kampung Lali Gadget dengan segala pencapaiannya selalu berjalan mulus?” Jawabannya, tentu tidak ya Sobat Hamim, terutama saat pandemi melanda.

Lalu, bagaimana kisah perjuangan tim KLG melewati segala tantangan selama ini? Mari kita simak inspirasi ini bersama ya Sobat Hamim!

Ruang Keterbatasan Membuka Ruang Kesadaran lebih Mendalam untuk Berkreasi

Meraih Indonesia Emas dengan cara menyenangkan- Visi KLG

Perlu Sobat Hamim ketahui bahwa Kampung Lali Gadget belum pernah diresmikan oleh otoritas setempat. Menariknya, fenomena tersebut mengundang pertanyaan juri SDGs Bappenas tentang bagaimana KLG bisa bertahan sejauh ini bahkan bisa melewati masa pandemi yang pelik?

Inilah keunggulan yang dimiliki oleh Kampung Lali Gadget yaitu KLG tumbuh dari ruang yang terbatas dan berkembang dengan membawa prinsip sederhana yang berasal dari akar rumput yakni “dolanan”. Aktivitas yang dulu sangat normal dilakukan oleh anak-anak sebelum gadget menyerang. Namun jika dirinci lebih jelas tantangan yang dihadapi oleh KLG adalah sebagai berikut:

Pertama, lahan yang terbatas

Hingga saat ini, KLG tumbuh di lahan yang tidak luas dan desa tempatnya berdiri tidak memiliki potensi wisata yang menonjol. Namun, keterbatasan ini justru membuka ruang kesadaran yang lebih dalam bahwa anak-anak tidak membutuhkan fasilitas mewah untuk tumbuh, melainkan ruang aman dan interaksi bermakna. Tim KLG menyulap lahan terbatas tersebut tetap bisa memenuhi kebutuhan anak untuk bermain dengan menyenangkan.

Kedua, minimnya dukungan awal dari pemerintah dan masyarakat

Tim KLG menyadari bahwa gerakan ini memang terlihat terlalu sederhana, namun ide sederhana inilah yang menjadi kekuatan bagi tim KLG untuk terus bertahan dan berkembang. Langkah strategis yang dilakukan tim Kampung Lali Gadget adalah pemberdayaan, memberdayakan sumber daya lokal. Adapun langkahnya adalah KLG menggali data permainan tradisional di masyarakat, memproduksi alat mainan dari bahan di kampung, menjadikan halaman kosong masyarakat kampung menjadi playground, dan mengajak para generasi Z hadir mendampingi anak anak bermain. Solusi murah tanpa banyak cost pembiayaan, sebab Kampung Lali Gadget tumbuh dari akar rumput, diinisiasi oleh masyarakat dan untuk masyarakat.

Selain itu, upaya mengenalkan dan menyebarkan KLG terus dilakukan dengan aktif menyuarakan gerakan melalui media sosial dan publikasi. Upaya ini akhirnya membuahkan hasil, kini KLG tak hanya dilirik oleh tingkat nasional namun juga global. Ide sederhana yang dibawa oleh Kampung Lali Gadget membawa misi besar yang relevan dengan tujuan global yang dicetuskan Perserikatan Bangsa Bangsa, yaitu 17 poin Sustainable Development Goals pada 2015 yaitu memastikan pendidikan berkualitas yang inklusif dan berkeadilan, serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua.

Ketiga, pola pikir orang tua yang masih menjadikan gadget sebagai “pengasuh digital”.

Tantangan fisik seperti lahan dan dana terbatas masih bisa diupayakan secara mandiri.. Namun, tantangan yang berkaitan dengan pola pikir manusia butuh proses panjang yang perlu pembuktian. Namun, langkah strategis terus dikembangkan oleh tim. KLG KLG menggunakan pendekatan budaya lokal untuk menyampaikan pesan, seperti kisah dolanan masa kecil dan nilai-nilai kearifan lokal. Cara ini rupanya lebih mudah diterima dan relevan dengan pengalaman orang tua.
“Setelah mengunjungi Kampung Lali Gadget, anak-anak menjadi lebih percaya diri, kreatif, dan mampu menikmati aktivitas tanpa gadget. Mereka juga lebih peduli sosial dan berani berinteraksi dengan alam.” -Orang tua
Melibatkan orang tua dalam aktivitas merupakan langkah cerdas lain yang menjadi senjata bagi KLG untuk memahamkan orang tua terkait isu kecanduan gadget ini. KLG merumuskan program kolaboratif sepertii Dolanan Tanpo Gadget, orang tua sehingga orang tua tidak hanya mengantar anak, tetapi juga ikut terlibat dalam permainan tradisional. Keterlibatan orang ini secara tidak langsung membuka pemahaman orang tua tentang pentingnya interaksi nyata, bermain bersama anak, dan membatasi waktu layar secara bijak. Selain itu, orang tua juga semakin sadar bahwa interaksi ini membuka kesadaran bahwa bermain bukan sekadar hiburan, tetapi bagian penting dari tumbuh kembang anak.bermain bukan sekadar hiburan, tetapi bagian penting dari tumbuh kembang anak.

Tidak berhenti di aktivitas nyata. Edukasi dan kampanye pentingnya dolanan dan bahaya gadget bagi anak terus digaungkan di dunia maya. KLG aktif menyuarakan gerakan melalui media sosial, publikasi, dan dokumentasi kegiatan yang menampilkan dampak positif dari bermain tanpa gadget. Narasi-narasi ini menyentuh sisi emosional orang tua dan mendorong perubahan pola pikir secara perlahan.
Ruang keterbatasan tidak menjadi hambatan untuk terus konsisten bergerak mewujudkan gerakan ini berkembang dan berdampak jangka panjang.

Kampung Lali Gadget Tumbuh Bersama Astra Sejak 2018

penghargaan SDGS 2024 untuk Kampung Lali gadget dan Astra
Tujuan baik akan menemukan jalannya, ungkapan ini sangat relevan dengan perjuangan Irfandi sejak mendirikan Kampung Lali Gadget di Sidoarjo pada 2018. Pada tahun 2018, KLG mendapatkan penghargaan sebagai Desa Sejahtera Astra (DSA) dari Astra. Momen ini menjadi titik penting dalam perjalanan KLG sebab penghargaan ini memperkuat legitimasi gerakan dan membuka peluang kolaborasi lebih luas. Sejak saat itu, KLG terus berkembang sebagai model edukasi berbasis budaya yang menginspirasi gerakan serupa di berbagai daerah.

Astra berperan sebagai pendukung awal dan penguat gerakan Kampung Lali Gadget melalui program Desa Sejahtera Astra (DSA) sejak tahun 2018. Dukungan ini membantu KLG berkembang dari gerakan lokal menjadi model edukasi nasional berbasis budaya. Astra berperan penting atas tumbuh dan berkembangnya KLG hingga saat ini.

Penghargaan Desa Sejahtera Astra, sebuah program yang mendukung desa-desa dengan potensi sosial dan budaya untuk berkembang secara mandiri dan berkelanjutan. Penghargaan ini menjadi titik balik penting bagi KLG, karena memperkuat legitimasi gerakan dan membuka akses ke jejaring nasional.Astra membantu memperluas jangkauan program KLG melalui publikasi, pelatihan, dan fasilitasi kolaborasi dengan berbagai pihak.Dengan dukungan Astra, KLG menjadi inspirasi bagi gerakan serupa di daerah lain.

Pada tahun 2021, Kampung Lali Gadget kembali mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Awards kategori pendidikan. Penghargaan ini diberikan kepada Achmad Irfandi selaku pendiri KLG atas dedikasinya mendirikan Kampung Lali Gadget sebagai solusi kreatif terhadap kecanduan gadget pada anak-anak.

Bukti atas komitmen dari KLG untuk terus konsisten dengan gerakannya menjadi salah satu solusi dengan multi dampak yang berkelanjutan. Kampung Lali Gadget berkembang menjadi destinasi wisata edukasi yang melibatkan sekolah, komunitas, dan keluarga, serta mendorong pelestarian budaya lokal. Kabar baik lainnya, dampak positif adanya KLG bagi masyarakat sekitar adalah peningkatan ekonomi masyarakat melalui UMKM dan produksi mainan skala kecil, serta sebagai wadah pemberdayaan pemuda dan perempuan.
Astra memiliki peran besar atas perkembangan Kampung Lali Gagdet. Penghargaan dari Astra tidak hanya memberi validasi atas kerja keras Irfandi dan tim, tetapi juga membuka peluang kolaborasi lebih luas dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, media, dan komunitas pendidikan.

Program-Program dan Ruang Kolaborasi Kampung Lali Gadget

Yups!

Kita akan bahas apa saja yang membuat orang penasaran dengan Kampung Lali Gagdet ya Sobat Hamim. Nah, KLG memang tidak pernah kehabisan akal untuk terus berinovasi. Ada banyak dolanan variatif yang menarik bagi anak-anak bahkan orang tua. Program yang ditawarkan tidak bersifat eventual saja melainkan tersedia program paket. Mari kita bahas ya!

Ada beberapa pilihan program yang dikembangkan oleh Kampung Lali Gadget antara lain:

Pertama, program paket bermain berkharakter

Program ini dikemas dalam bentuk pilihan paket disesuaikan dengan jenjang usia pesertanya,kelompok belajar, lembaga, atau sekolah. Program ini menghadirkan pengalaman bermain terstruktur dan terpandu dengan permainan tradisional serta workshop spesifik.

Di program ini, KLG menggunakan pendekatan edukatif dan partisipatif berbasis budaya. Ada ragam aktivitas diantaranya Dolanan Tembang & Bahan Alam Bermain sambil belajar budaya dan Workshop Kreatif – Keterampilan khas berbasis tradisi. Tak hanya itu, program ini juga tersedia dalam bentuk paket mingguan. Contohnya, “Dolanan Liburan”dirancang untuk mengajak anak-anak menghabiskan weekend-nya dengan lebih seru. Selama dua hari, anak-anak bisa bermain asik sambil belajar tanpa gangguan gadget.

Program Kampung Lali Gadget
Nah, makin penasaran kan dengan program-program Kampung Lali Gadget?

Kedua, program event dan kolaborasi

Selain menyediakan program dalam bentuk paket, Kampung Lali Gadget (KLG) juga membuka ruang kolaborasi bagi berbagai pihak. Program-program yang ditawarkan bukan sekadar kegiatan, melainkan ruang interaktif yang dirancang untuk mendorong kerja sama, kreativitas, dan inovasi. Dengan suasana yang nyaman dan fasilitas yang mendukung, ruang ini menjadi tempat ideal untuk berdiskusi, brainstorming, dan menyelenggarakan gerakan yang berdampak.

Dua program unggulan yang bisa Sobat Hamim temui adalah Elingpiade dan Rumah Sakit Kecanduan Gadget (RSKG).

Elingpiade merupakan perayaan tahunan dalam rangka memperingati Hari Anak Indonesia. Tujuannya sederhana namun bermakna: mengajak anak-anak mengenal dan memainkan permainan tradisional. Event ini mengusung konsep olimpiade dengan perlombaan seru seperti bakiak, gobak sodor, balap karung, dan lainnya, yang diikuti oleh siswa SD dari berbagai sekolah. Tak hanya membangun jiwa kompetitif, Elingpiade juga menumbuhkan kebersamaan dan kecintaan terhadap budaya lokal dalam suasana yang penuh keceriaan. Dolanan itu bisa seseru itu, Sobat Hamim. Tak hanya seru, tapi juga berdampak signifikan bagi banyak pihak.

Sementara itu, RSKG hadir sebagai respons terhadap akar permasalahan anak-anak yang kecanduan gadget. Tantangan besar seperti minimnya data, lahan, alat, dan penggerak permainan tradisional menjadi alasan utama. Maka lahirlah konsep unik “Rumah Sakit Kecanduan Gadget” yang menawarkan bursa permainan tradisional sebagai terapi interaktif. Karena mengusung konsep rumah sakit, program ini dilengkapi dengan berbagai “poli” seperti poli umum, poli bahan alam, poli olahraga, dan lainnya—semuanya dirancang untuk menyembuhkan anak dari ketergantungan digital melalui aktivitas yang menyenangkan.
“Saya sangat mengapresiasi Kampung Lali Gadget. Programnya edukatif, terutama dalam mengenalkan permainan tradisional bagi siswa. Pengalaman belajar di sini sangat berharga.” — Perwakilan Sekolah
Ruang kolaborasi di KLG menjadi tempat bagi individu dan tim untuk bekerja bersama, berbagi ide, dan berinovasi secara efektif. Tujuannya bukan hanya menyelenggarakan kegiatan, tetapi juga menumbuhkan gerakan berkelanjutan, memperluas jejaring kemitraan dan stakeholder, serta—yang paling penting—memperluas dampak sosial.

Kampung Lali Gadget adalah seperti software yang bisa diinstal di mana saja. Seperti halnya bermain, aktivitas KLG bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun. Waktu sepulang sekolah adalah hak penuh anak-anak untuk bermain. Maka penting bagi kita, orang dewasa, untuk membuka kesadaran: memperbanyak waktu luang anak adalah bentuk pengasuhan yang sehat. Tidak membebani anak dengan ruang akademik tambahan adalah kewajiban. Karena di ruang bermain itulah anak-anak menuntaskan tugas tumbuh kembangnya.

Di tahun 2025, KLG semakin memperluas dampaknya dengan mengajak lebih banyak komunitas untuk bisa mereplikasi gerakan ini. Kampung Lali Gadget mengajak komunitas penggerak untuk bergabung dalam Gerakan 100 Komunitas Bermain Tanpa Gadget. Program ini akan bersifat berkelanjutan sehingga dampak dari gerakan ini bisa merangkul banyak pihak yang semisi dengan tujuan besar dari KLG. 

Menutup Layar, Membuka Masa Depan Bersama Kampung Lali Gadget Menuju Gerakan Nasional

Output dari Kampung Lali Gadget adalah 4H yakni Healty (Sehat), Happiness (bahagia), Helpful (Bermanfaat), dan Handycraft (menghasilkan karya) melalui aktivitas menyenangkan yang berpilar pada kebudayaan, alam dan pengetahuan, olah fisik, dan keterampilan hidup. Diwujudkan dalam bentuk aktivitas “dolanan”.

Gerakan KLG memang tampak sederhana namun di era teknologi saat ini, bagi anak-anak aktivitas sederhana ini menjadi langka. Aktivitas ini menjadi langka karena tumbuh ditengah semua orang berlomba-lomba dalam kemajuan teknologi, berkompetisi kecanggihan gawai, ada sekelompok orang yang berpikir terbalik. Anomali ini lahir dari sebuah keresahan akan bahaya kecanduan gadget ( gawai) pada anak. Oleh karena itu lahirlah Kampung Lali Gadget.

Kampung Lali Gadget telah membuktikan bahwa gerakan kecil yang lahir dari keresahan bisa tumbuh menjadi harapan besar. Dari sudut desa yang sederhana, lahir ruang bermain yang bukan hanya menyembuhkan anak-anak dari distraksi digital, tetapi juga menyatukan keluarga, komunitas, dan nilai-nilai budaya yang mulai terlupakan.

Gerakan ini bukan sekadar tentang dolanan, tapi tentang masa depan. Masa depan yang dibangun dari interaksi nyata, tawa yang lepas, dan tanah yang kembali dipijak oleh kaki-kaki kecil yang tumbuh. Ketika satu anak kembali bermain, satu keluarga mulai berubah, dan satu komunitas mulai bergerak—maka perubahan besar sedang dimulai.

Kini saatnya kita ikut melangkah. #SatukanGerakTerusBerdampak #KitaSATUIndonesia. 
Mari tutup layar sejenak, dan buka masa depan bersama. Mari bawa semangat lokalitas ini ke seluruh negeri. Karena masa depan anak-anak Indonesia layak dibangun dari ruang yang penuh makna, bukan sekadar layar yang menyala. Mari satukan gerakan untuk memberi dampak lebih luas dan besar. Optimis, Indonesia Bisa!

#APA2025-BLOGSPEDIA
Hamimeha
Bismillah, lahir di Pulau Garam, tumbuh di kota Santri, menetap di kota Pahlawan., Saat ini suka berbagi tentang kepenulisan-keseharian-dan parenting., ● Pendidik, ● Penulis 11 buku antologi sejak 2018, ● Kontributor di beberapa media online lokal dan nasional sejak 2019, ● Praktisi read a loud dan berkisah, ● Memenangkan beberapa kompetisi menulis dan berkisah, ● Narasumber di beberapa komunitas tentang parenting dan literasi. ●
Terbaru Lebih lama

Related Posts

Posting Komentar