=Hamimeha

Belajar Bijak Menjadi Orang Tua Generasi Alpha bersama Internetnya Indonesia

31 komentar
Konten [Tampil]
Bijak menjadi orang tua generasi alpha
"Bun, anaknya kok gak tantrum ketika di video?"

"Kakak sudah biasa pegang hp ya Bun di rumah?"

"Apakah anaknya gak merebut saat difoto atau divideo, Bun?"

Pertanyaan seputar bagaimana interaksi anak-anak ketika bermain gadget mengundang pertanyaan teman maupun kenalanku. Yups, aku sendiri tidak sadar jika sikap Si Kakak–panggilan untuk anak sulungku–bisa semanis itu di depan kamera hehehe.

Sejatinya, cara mengasuh anak biologisku saat ini memang dilatarbelakangi dengan background pekerjaanku sebagai seorang pendidik di sekolah dasar sejak tahun 2012. Suatu hal yang patut aku syukuri sebab melalui pengalamanku membersamai anak SD inilah menjadi bekalku mengasuh duo sholihah.

Apalagi, aku mulai sadar bahwa aku dilahirkan sebagai orang tua yang melahirkan anak-anak Generasi Alpha. Suatu hal yang tak bisa aku pungkiri dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih dan mewarnai keseharian kita.

Nah, bagaimana caraku menyiapkan diri menjadi orang tua? Tentu kenangan pengasuhan kedua ortuku dulu dengan era digital saat ini jauh berbeda. Sangat sulit untuk dipraktikkan kembali kepada Generasi Alpha.

Jadi inilah alasan kutuliskan sepenggal curhatan seorang ibu tentang belajar bijak menjadi orang tua generasi alpha dengan internetnya Indonesia. Semoga bisa menjadi bekal pula untuk para orang tua maupun calon ibu dimanapun berada.

Yuks belajar bersama!

Tentang Generasi Native Teknologi

Yup, sebelum menyimak curcolan aku yang bakal panjang karena based on true story menemani si kakak mengendalikan gadget di tangannya. Yuks simak dulu deh apa itu generasi native teknologi?

Generasi native teknologi dewasa ini lebih familiar dikenal dengan istilah digital native. Istilah yang digunakan untuk mereka yang terlahir di era teknologi digital dan aktivitas sehari-hari yang dilakukannya membutuhkan peralatan teknologi sebagai media bantu.

Pasalnya, istilah digital native ini Istilah digital native diungkapkan pertama kali oleh Prensky (2001), yaitu mereka yang lahir di lingkungan era digital.
Generasi digital native ini telah mengenal komputer, internet, telepon seluler, maupun video game. Serta hampir keseluruhan aktivitas mereka bergantung pada teknologi. Dengan kata lain, seolah-oalah mereka tak bisa hidup tanpa teknologi yang mendukung hidup mereka.
Bagi Gen A, tidak adanya internet menjadikan mereka tidak dapat melakukan aktivitas secara maksimal karena sebagian besar bahan bersumber dari internet. Yups, separah itu ketergantungan generasi native teknologi dewasa ini.

Bahkan, mereka juga dapat melakukan multi-tasking, artinya dapat melakukan pekerjaan secara bersamaan dalam waktu yang sama, misalnya membaca artikel sambil mendengarkan musik tanpa harus terganggu dan masih bisa tetap fokus.

Eits, tapi jangan terlalu berburuk sangka bahwa teknologi memberikan karakter buruk pada generasi ini. Sebab baik dan buruk karakter seseorang dipengaruhi oleh bagaimana mindset serta kebiasaan yang dibangun lingkungan tempat dia tumbuh. Inilah yang ingin aku coba luruskan bahwa kita bisa memanfaatkan internet untuk berbagai hal positif bahkan sejak dini.

Di era digital yang semakin cepat karena badai pandemi seharusnya membuka mata kita tentang kehadiran internet dan kecanggihan teknologi banyak membantu aktivitas kita. Selain itu, hasilnya akan tetap bernilai kebaikan selama yang kita lakukan pun hal positif.

Yuhuui, sebagaimana yang aku coba lakukan kepada anak sulungku yang sudah aku kenalkan apa itu fungsi gadget bahkan di usianya 3 bulan. Gak percaya? Yuks deh simak ulasan di bawah ini!

Mereka adalah Generasi Alpha

Mereka generasi Alpha
Aku tak pernah memungkiri jika kami–aku dan suami–adalah bagian kecil dari generasi digital native. Sayangnya, maraknya penggunaan internet di masa kecil kami tidak sebooming sekarang. Dimana semasa kami dulu, akses internet hanya untuk kalangan tertentu. Barang tercanggih yang pernah kami temui bagi generasi milenial adalah komputer dengan layar cembung.

Sobat Hamim tahu komputer layar cembung? Jika tahu berarti kita satu server eh satu angkatan hehehe.

Seiring berjalannya waktu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat. Komputer dengan layar cembung kini bisa dioperasikan pada sebuah perangkat tipis semacam buku yang sering kita sebut laptop. Transformasi digital merambah ke berbagai lini apalagi ketika badai pandemi melanda dunia. Coba kita renungkan, siapakah yang menyangka akan bisa berbelanja hanya lewat genggaman tangan.

Lahirnya marketplace dan bermacam aplikasi adalah buktinya bahwa teknologi dan internet semakin mendarah daging di kehidupan kita. Tak terkecuali duo sholihahku yang terlahir di tahun 2017 bahkan 2020 saat virus asal Wuhan menyerang dunia.

Nah, itulah Sobat Hamim secuplik gambaran kecil bagaimana peran internet dengan pesatnya perkembangan teknologi dan percepatan digital mewarnai kehidupan kita.

Ya, putri sulungku terlahir di tahun 2017 sedangkan anak kedua terlahir saat pandemi COVID-19 sedang mengganas yakni pertengahan 2020. Dan sempat meninggalkan trauma yang dalam untukku kala itu. Ah,aku tak mau bercerita tentang ini.

Menariknya, menurut Mark McCrindle seorang analis sosial-demografi, duo sholihahku ini rupanya adalah Generasi Alpha. 
Generasi Alpha atau generasi A adalah generasi yang lahir antara tahun 2010 – 2024. Generasi ini adalah generasi yang lahir pada abad ke-21 setelah generasi Z atau di antara tahun 2010-2024.
Generasi A adalah generasi yang sudah akrab dengan teknologi sejak lahir. Sehingga perubahan teknologi yang masif akan membuat anak-anak generasi A menjadi generasi paling transformatif.

Hal ini juga sepemikiran dengan Psikolog dari Brawijaya Clinic, Kemang Marcelina Melisa, M.Psi, mengemukakan bahwa Generasi A sejak lahir sudah hidup di dunia dengan perkembangan teknologi yang pesat. Mulai dari segi pengetahuan, pengalaman, hingga ekonomi.

Mencoba memahami pendefinisian dan analisa fakta-fakta yang ada tentang Gen A membuatku sadar. Bahwa dunia sudah banyak berubah dari masa kecil kita dulu dan ini tentu berpengaruh pada bagaimana kita melakukan pola asuh kepada mereka.

Perlu Sobat Hamim pahami, inilah pentingnya mengetahui bagaimana karakter Generasi Alpha sehingga kita tahu bagaimana harus melakukan pola asuh yang tepat untuk mereka. Pun itu yang aku lakukan kepada duo sholihahku.

Jadi, bagaimana karakter Generasi Alpha atau Generasi A?

Karakter Generasi Alpha

Membaca berbagai ulasan dan referensi karakter Generasi Alpha, ada lima ciri yang menonjol Gen A berbeda dari generasi sebelumnya yaitu:

Pertama, generasi cerdas

Jika dihitung dari sekarang, Gen A dengan usia paling tua adalah 12 tahun. Meski sebagian besar dari anak generasi alpha ini masih dalam masa pertumbuhan ya Sobat Hamim. Akan tetapi di masa mendatang mereka akan jadi generasi paling terdidik sepanjang sejarah berkat teknologi dan informasi instan yang tersedia. Gen A tumbuh dan belajar lebih banyak tentang berbagai hal melalui kemudahan akses infromasi. 

Kedua, native teknologi

Satu hal yang tak bisa dinampikkan lagi, bahkan jika kita menyadari adanya USG 3D ketika hamil untuk mengetahui kondisi janin dalam kandungan merupakan satu contoh kedekatan teknologi dalam hidup Gen A bahkan sebelum mereka lahir. 

Jadi tak bisa dipungkiri, bila teknologi menjadi bagian dari gaya hidup mereka yang tidak terpisahkan. Aku membuktikan sendiri bagaimana anak keduaku sejak usia belum dua tahun sudah bisa mengerti bagaimana mengoperasikan HP dan membuka youtube hanya dengan menyimak kakaknya. 

Sebuah prediksi yang bisa jadi terjadi yaitu fakta generasi alpha dan teknologi saling terkait, sehingga diperkirakan saat mereka berusia 8 tahun, keterampilannya terhadap teknologi akan melampaui orang tuanya. Wow banget kan Sobat Hamim!

Ketiga, pemikir kritis dan inovatif
 
Berkaitan dengan poin pertama sebab kemudahan mereka mengakses informasi dan terdidik maka menumbuhkan sikap kritis pada diri anak Gen A. Apalagi sudah menjadi fitrah anak yang memiliki rasa ingin tahu tinggi. Inilah pentingnya pendampingan di masa pertumbuhan anak saat mereka berinteraksi dengan internet.

Keempat, dominan berinteraksi dengan media sosial

Sudah menjadi keumuman bahwa media sosial bagaikan dunia kedua bagi masyarakat untuk membuat interaksi. Bahkan kekuatan media sosial jauh lebih berkuasa untuk bisa menggulirkan wacana. Yang perlu diwaspadai, dengan media sosial, anak-anak ini akan selalu terhubung sepanjang hari, dan membawa serta kekhawatiran tentang privasi dan bullying di media online.

Kelima, tidak suka terikat dengan aturan

Kita menyadari dengan hadirnya internet membuat jarak, ruang, dan waktu seakan tak terbatas. Pun dengan Gen Alpha yang juga cenderung tidak suka dibatasi oleh aturan. Generasi Alpha lebih bebas untuk mengungkapkan apsirasi dan ekspresinya. Energi mereka sulit ditahan karena dunia digital menghubungkan mereka dengan perspektif yang tak terbatas. 

Nah, berdasarkan kelima karakteristik Generasi Alpha ini kita akan memiliki pemikiran bijak bagaimana mengambil sikap untuk mengasuh Gen A. Alih-alih bersikap tegas sebaiknya kita memposisikan diri sebagai kawan. Hal tersebut membuat anak merasa diterima keberadaannya. Termasuk memanfaatkan internet sebagai bagian dari media mendidik mereka.

Tantangan Sekaligus Peluang Mengasuh Generasi Alpha


Belajar dari karakter yang membentuk Gen A menjadi native teknologi bahkan sejak mereka dalam kandungan. Tak heran jika Generasi Alpha merupakan generasi paling akrab dengan internet sepanjang masa. Kemudahan mengakses informasi memang membuat Gen A menjadi generasi paling terdidik.

Namun peliknya, meski digadang generasi paling terdidik namun Gen A kurang mahir dalam keterampilan praktis, menilai risiko, menetapkan dan mencapai tujuan, dan mengembangkan kompetensi. Gen A cenderung suka dengan hal-hal yang instan.

Mc Crindle juga memprediksi dampak dari Generasi Alpha tidak lepas dari gadget adalah kurang bersosialisasi, kurang daya kreativitas dan bersikap individualis. Generasi Alpha menginginkan hal-hal yang instan dan kurang menghargai proses. Keasyikan mereka dengan gadget membuat mereka teralienasi secara sosial.

Yups, kehadiran internet di tengah-tengah Gen A menjadi sebuah peluang sekaligus tantangan bagi orang tua. Inilah alasan kita perlu belajar bijak menghadapi kondisi tersebut. Setidaknya mulai dari membangun mindset bahwa gadget dan internet bisa menjadi sarana kita untuk membantu Gen A tumbuh menjadi generasi yang tangguh di masa depan dengan bekal kecerdasan dan kemampuan menguasai teknologi Gen A.

Langkah Bijak Menjadi Orang Tua Generasi Alpha


Mengapa kedekatan Gen A terhadap teknologi maupun internet menjadi sebuah peluang bagi para orang tua? Perlu Sobat Hamim pahami bahwa teknologi hadir untuk memudahkan pekerjaan kita. Hal penting yang tak terbantahkan. Misalnya, kemudahan akses internet di rumah tentu membuat budaya baru bagi kita bahwa untuk bisa belajar dari manapun dan kapanpun. 

Nah, itulah salah satu contoh manfaat internet di kehidupan kita. Selain itu, adanya IoT (Internet of Things) dibeberapa perlengkapan membuat pekerjaan atau aktivitas menjadi lebih praktis. Akan tetapi, sekaligus sebagai tantangan sebagaimana di sebutkan di atas. Kepraktisan ini membuat Gen A cenderung memiliki keinginan yang serba instan.

Langkah awal yang perlu kita lakukan adalah mengenal dan menguasai literasi digital. Dengan begitu mudah bagi kita untuk mengenalkan kepada anak.  

Literasi digital
Yups, lalu bagaimanakah langkah bijak mengasuh Generasi Alpha di era digital saat ini?

Siapkan Bekal dengan Ilmu dan Wawasan

Sebagai orang tua dari generasi cerdas maka sangat diperlukan untuk memiliki bekal. Beruntungnya, informasi dan sumber belajar di era digital jauh lebih mudah dan terjangkau. Bergabunglah dengan komunitas parenting, banyak membaca, dan menambah wawasan dengan ikut seminar, webinar, ataupun workshop yang menambahkan kompetensi kita sebagai orang tua. 

Intinya, jangan malas belajar ilmu seputar parenting. Sebab jadi orang tua tidak ada sekolahnya namun praktiknya butuh banyak ilmu. Dengan ilmu maka akan memudahkan kita untuk beramal bukan?

Aku ingat betul saat melahirkan anak kedua mengalami kekhawatiran karena pandemi. Namun ternyata sebaliknya, di era pandemi ini bahkan aku mendapat kesempatan belajar melalui webinar, kelas, forum, dan bergabung dengan berbagai komunitas parenting yang memberi dukungan positif padaku.

Hal yang patut disyukuri, meski jauh dari sanak saudara namun berbekal ilmu, wawasan, dan supporting system yang menguatkanku berhasil melewati masa-masa syndrom pasca melahirkan.

Termasuk mulai mengenalkan anak sulung dengan literasi digital. Ya, aku ingat betul di usianya 3 tahun kami mengajak kakak mengetahui apa fungsi gadget yang ada di rumah. Untuk apa dan kapan menggunakannya.

Dan di usia hampir empat tahun, si kakak sudah berinteraksi lewat zoom bersama kawan onlinenya di kelas Cendekiawan Cilik.

Wah penasaran kah apa itu kelas Cendekiawan Cilik?

Bersikaplah Open Minded daripada Anti Gadget dan Internet

Yups, langkah bijak kedua adalah memiliki pemikiran yang terbuka. Artinya, siap menerima perubahan jika memang baik.

Aku belajar dari pengalaman ketika semasa mengajar dahulu. Ada salah satu program yang kami buat untuk siswa menjelang Ujian Nasional yaitu Zero Gadget.

Alih-alih membuat anak fokus malah sebaliknya, anak-anak terlihat stress bahkan ada yang mencuri waktu atau berbohong untuk bisa mainan gadget mereka.
Data pengguna internet gen A

Sedih, miris, dan marah seakan bercampur jadi satu. Namun kemudian kami kaji ulang program tersebut dengan melibatkan pendapat anak-anak melalui kuisioner yang kami bagikan.

Alhamdulillah, sikap tenang dan mencoba untuk berpikir terbuka membawa kami mengetahui fakta bahwa anak-anak itu sebenarnya paham dengan tanggung jawab mereka sebagai pelajar dan belajar menjelang ujian. Asal diberi kepercayaan dan tanggung jawab.

Namun aturan yang memaksa membatasi interaksi mereka hingga zero gadget malah membuat mereka penasaran. Semakin dilarang bagi anak-anak semakin menarik.

Nah, inilah salah satu dasar bagiku untuk berani mengenalkan gadget dan interaksi dengan internet kepada anakku di usia batitanya.

Bukan zero gadget tapi bijak menggunakan gadget!

Jadilah Teman Bukan Lawan

Mencermati ulang karakter Generasi Alpha yang lebih suka berinteraksi sosial maka sebagai ortu sebaiknya kita juga perlu update dengan platform media sosial yang juga dipakai oleh anak-anak kita.

Di real life, interaksi Gen A sangat minim. Maka ini peluang bagi orang tua untuk menjadi kawan mereka. Bukankah kedekatan emosional ini yang dibutuhkan untuk membangun bonding yang baik?

Mari kita coba yuks!

Tips Mengenalkan Peran Gadget dan Internet pada Anak


Yups, aku akan berbagi tips bagaimana mengenalkan peran gadget dan internet pada anak yang telah aku lakukan. Akan tetapi perlu Sobat Hamim ketahui, bahwa aku sarankan untuk sebisa mungkin tidak mengenalkan gadget sebelum anak usia 2 tahun. Mengapa demikian?

Sebab hal tersebut bisa mengganggu tumbuh kembang mereka. Selain itu, anak akan menjadi lebih tertarik dengan cahaya sehingga bisa mengakibatkan hiperaktif dan kesulitan berbicara, apalagi jika diajak berinteraksi. Ini yang harus menjadi perhatian utama bagi para orangtua.

Nah kan, jadi ketika anak belum siap menerima gadget sebaiknya zero gadget ini berlaku. Toh anak usia dibawah dua tahun sejatinya memang baru bisa mencerna kalimat perintah sederhana. Maka poin tegas tidak artinya tidak.

Jika memang tidak bisa dihindari. Maka cukup menjadikan gadget sebagai media komunikasi bukan media bermain mereka. Ini tips pertama. Sebuah pengenalan awal bagi anak-anak tentang prinsip literasi digital bagi mereka.

Akupun melakukan itu kepada kedua putriku bahkan sejak usia mereka masih 3 bulan. Bahwa gadget khususnya Hp fungsinya adalah alat komunikasi.

Prinsip literasi digital
Kedua, jangan bermain gadget dekat anak


Tahukah jika anak memang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi? Maka apa yang dilakukan oleh orang terdekatnya menjadi daya tarik untuk ditiru.

Jika tidak bisa dihindari dan harus menggunakan gadget dekat mereka maka biasakan izin. Dengan menyampaikan izin ini tujuannya adalah anak mengerti jika gadget ini bukan suatu hal yang digunakan untuk main-main.

Selain itu, anak merasa dihargai dan tidak dijadikan nomor dua dibandingkan gadget tersebut.

Ketiga, setelah anak usia diatas dua tahun dengan perkembangan bagus seperti sudah lancar berbicara, beraktivitas. Anak dengan kriteria ini bisa dilatih untuk menonton TV selama satu jam sehari.

Yups, benar sekali di usia ini ledakan bahasa anak ku pun sedang pesat-pesatnya Sobat Hamim. Bersyukurnya, si kakak sudah bisa memahami percakapan dua arah dan interaktif sehingga sudah bisa membuat kesepakatan bersama.

Nah, saat memperkenalkan TV, Hp, laptop serta gadget media IoT yang lain jadi lebih mudah. Termasuk saat si kakak diajak berfoto menggunakan HP tidak ada tantrum. Sebab ia tahu apa fungsi HP tersebut.
Terlihat agak ribet ya Sobat Hamim.Namun percayalah bahwa keribetan kita saat mengasuh di dua tahun pertama ini tidaklah lama namun dampaknya bisa sepanjang usia mereka.
Fokuslah dengan mileston yang perlu dicapai di setiap tahapan usia mereka. Menyoal milestone anak sebenarnya kita bisa kok memaksimalkan manfaat internet untuk stimulasi tumbuh kembang anak-anak kita.

Itu pun yang aku lakukan, ketika kakak usia 3 tahun saat itu pandemi dan bertepatan denganku yang baru saja melahirkan. Dengan hadirnya internet di rumah membuatku terbantu untuk melakukan stimulasi ke anak sulungku.

Dengan cara apakah? Yuks simak di bawah ini!

Optimalkan Manfaat Internet untuk Stimulasi Tumbuh Kembang Anak


Aku patut bersyukur dengan jangkauan internet yang bisa dirasakan oleh berbagai kalangan tak terkecuali aku di era digital ini.

Meskipun himbauan di rumah saja sempat memberikan dampak stress yang luar biasa untuk kami. Namun dengan internet di rumah membuat suasana jadi berwarna. Apalagi jika internetnya no rewel, akses cepat, dan pelayanan oke ketika terjadi gangguan.

Ditambah lagi harga terjangkau. Wah, menarik gak sih? Penasaran kah aku pakai provider apa di rumah sehingga bisa maksimal merasakan manfaat internet ini?

Yups! IndiHome sebagai layanan digital dari PT. Telkom Indonesia yang menyediakan internet, telepon rumah, dan TV interaktif dengan beragam pilihan paket serta layanan tambahan yang bisa dipilih sesuai kebutuhan kita adalah provider yang kami hadirkan di rumah.

Seputar IndiHome
Sejak resmi diluncurkan pada tahun 2015, IndiHome juga merupakan salah satu program dari proyek utama Telkom, Indonesia Digital Network 2015. 

Dalam penyelenggaraannya, Telkom menggandeng sejumlah pengembang teknologi telekomunikasi untuk membangun rumah berkonsep digital. Pelayanan IndiHome hanya bisa diterapkan pada rumah yang di wilayahnya terdapat tersedia jaringan serat optik dari Telkom (FTTH) dan area yang masih menggunakan kabel tembaga. 

Jadi, jangan heran jika sebelum pasang IndiHome Sobat Hamim perlu cek ketersediaan jaringan di tempat tinggalmu. Caranya mudah kok, bisa langsung akses melalui web maupun myIndiHome.  

Tenang saja, saat ini jaringan IndiHome sudah tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan internet terbaik bagi masyarakat.

Aku sempat bertanya pada suami ketika memasang jaringan wifi di rumah. Apakah tidak cukup dengan kuota mobile data saja? Kenapa harus IndiHome?

Jawaban suami ternyata simple, "IndiHome terjangkau baik dalam hal harga maupun layanan! IndiHome bisa diandalkan!"

Nah, menariknya IndiHome ternyata memang memiliki keunggulan yang tidak bisa diremehkan. IndiHome menghadirkan Internet Fiber untuk membuat Sobat Hamim mendapatkan koneksi internet yang stabil dan dilengkapi dengan kualitas terbaik. Dengan adanya Internet Fiber, semua urusan Anda akan terselesaikan dengan lebih cepat.

Internet Fiber dilengkapi dengan jaringan fiber optic memiliki tingkat kecepatan yang tinggi yaitu mampu mentransfer data hingga 100 Mbps. Hal ini tentu jauh lebih cepat dibandingkan dengan jaringan kabel koaksial atau kabel tembaga.

Sebagai provider internet terbaik, Internet Fiber dari IndiHome melalui jaringan fiber optik memiliki kualitas jauh lebih stabil apabila dibandingkan dengan jaringan kabel koaksial atau kabel tembaga pada saat dilakukan akses internet secara bersamaan.

Internet Fiber dilengkapi dengan Kabel fiber optik yang lebih tahan dalam kondisi cuaca apapun seperti serangan petir dan gangguan elektromagnetik dibandingkan dengan kabel koaksial atau kabel tembaga.

Tidak hanya itu, bahkan teknologi fiber optik yang dimiliki oleh Internet Fiber merupakan teknologi penghantaran data tercanggih dan terbaru yang digunakan dalam layanan fixed broadband.

Alasan pilih IndiHome
Wow, inilah alasan yang membuat jaringan internet kami selalu stabil meskipun cuaca tidak menentu. Terima kasih IndiHome!

Yups, lalu bagaimana caraku mengoptimalkan fungsi internet di rumah selama pandemi selain untuk mendukung kerja suami juga sarana mencapai milestone anak-anak juga.

Ikhtiar Stimulasi Tumbuh Kembang di Era Pandemi dengan Internetnya Indonesia


Hikmah dibalik pandemi yang membuat kita jadi lebih dekat dengan dunia digital adalah menjamurnya kelas dan komunitas online. Lahirnya berbagai aplikasi yang membuat kita jadi lebih mudah melakukan banyak hal meski hanya di rumah saja. Yups, akupun berkecimpung di salah satu komunitas literasi yang banyak melakukan aktivitasnya melalui daring.

Tak terkecuali si kakak, putri sulungku ini juga aku kenalkan dengan beberapa literasi digital agar ia memahami bagaimana menggunakan gadget dan interaksi ketika di dunia maya.

Beberapa optimasi fungsi internet di rumah untuk stimulasi tumbuh kembang anak sebagai berikut;

1. Ikut kelas online untuk stimulasi perkembangan anak

Wah masih inget kelas Cendekiawan Cilik yang aku sebutkan di atas ? Ya, itulah salah satu kelas online yang diikuti oleh putri sulungku.

Sebagaimana kelas pada umumnya, kami seperti melakukan sekolah namun semi homeschooling. Ada kurikulum, wali kelas, buku pembelajaran, dan pertemuan bersama guru dan teman sekelas melalui zoom.

Aku pikir kakak bakal bosan ternyata malah membuatnya ketagihan. Dan hal baru bagi kakak bahwa ternyata gadget dan internet bisa digunakan untuk berinteraksi dengan orang di luar sana.

Kelas online anak usia dini
Kabar baiknya, melalui kelas online ini kita jadi terbantu membuat anak mencapai milestone perkembangannya sesuai usia.

2. Menggunakan aplikasi yang menunjang kemampuan berbahasa

Yups, sebagai pegiat literasi aku kerap melibatkan kakak untuk membuktikan bahwa budaya membaca sejak dini sangat berdampak bagi perkembangan bahasa anak.

Dan alhamdulillah terbukti. Hasil kedekatan si kakak sejak dalam kandungan hingga dua tahun dengan buku membuatnya sangat suka berinteraksi dengan buku.

Di tiga tahun usianya kemarin, aku mencoba memperkenalkan aplikasi digital untuk meningkatkan literasi nya. Aku ingin mengenalkan bahwa membaca juga bisa lewat gadget khususnya hp.

Manfaat internet stimulasi kemampuan literasi
Aku berikan gambaran dan ia pun praktik langsung dengan pendampingan ya Sobat Hamim. Aku sempat praktik read aloud dari buku digital melalui aplikasi Lets Read selama 21 hari dengan kakak.

Sejak itu, buku digital atau ebook menjadi suatu hal yang familiar bagi kakak. Meski demikian tetap ada batasan berapa lama si kakak harus screen time.

3. Mengenalkan literasi digital melalui penggunaan media sosial

Jujurly, aku pribadi merasa ini penting untuk memberikan pemahaman sejak dini terkait media sosial yang semakin marak.

Aku cukup miris melihat balita maupun anak-anak berselancar di media sosial hanya untuk hiburan sedang mereka tidak dibekali apa yang boleh dan tidak boleh dilihat atau lakukan.

Terkesan remeh tapi rupanya ini penting Sobat Hamim. Nah, dalam rangka memberikan pemahaman literasi digital ini aku mengenalkan kepada kakak apa saja yang bisa kita lakukan jika terhubung dengan internet.

Misal, bagaimana menggunakan google search, membuka media sosial dan berinteraksi di sana, mengakses youtube dan lain sebagainya.

Apakah ini penting? Bagiku iya!
Hidup bersama Generasi Alpha yang menjadi native teknologi bahkan sebelum mereka lahir maka ada tanggung jawab lebih untuk memberikan pemahaman tentang dunia maya dan  berinternet.
Tantangan yang besar bagi orang tua di era digital saat ini. Yaitu pendidikan karakter. Teringat akan pesan seorang pembicara di webinar yang membahas tentang metaverse.

Beliau mengingatkan, bahwa kita tak bisa menghindari perubahan yang terjadi karena perkembangan teknologi ini. Yang bisa kita lakukan adalah menyiapkan bekal mereka menghadapi perubahan untuk anak-anak kita.

Bukan Salah Internet Melainkan Sikap Kita, Yuks Perbaiki!

Wah, tak terasa ya Sobat Hamim celotehku tentang belajar bijak menjadi orang tua Generasi Alpha cukup panjang. Namun semoga apa yang aku tuliskan memberi inspirasi bagi Sobat Hamim dimanapun berada.

Poin penting yang perlu kita pahami bersama adalah hadirnya internet bukanlah musuh bagi kita apalagi untuk perkembangan anak-anak. Ibarat dua sisi pisau yang tajam, internet bisa memberi dampak negatif dan positif bagi kita.

Hasil dari penggunaan internet kembali pada bagaimana kita memanfaatkannya termasuk untuk anak kita. Orang tua adalah teladan bagi anak-anak. Maka mari mulai dari kitalah sebagai orang tua untuk bijak dalam menggunakan internet.

Tips Pola Asuh Orang Tua Milenial untuk Generasi Alpha


Menghadapi karakter Generasi Alpha yang lekat dengan teknologi maka yang tidak boleh kita lupakan dalam pengasuhan adalah sebagai berikut:

1. Ciptakan quality time bersama anak

Kebutuhan akan kehadiran di dunia nyata masih sangat penting bagi anak kemampuan interaksi sosial anak. Meski pertemuan dan interaksi internet sudah familiar namun menghabiskan waktu bersama untuk mengajarkan kemampuan sosial bersama orang tua atau bisa dengan melakukan playdate dengan anak yang seumuran agar terlatih kemampuan sosial mereka perlu dilakukan.

2. Menanamkan sikap bijak gadget dan berinternet

Walaupun teknologi adalah suguhan sehari-hari bagi Gen A. Akan tetapi, mengajarkan sejak dini untuk bijak menggunakan teknologi sesuai kebutuhan dan diharapkan orang tua ikut mengawasi penggunaan gadget anak adalah cara kita mendampingi tumbuh kembangnya.

Usahakan seimbangkan waktu main gadget dan waktu berkualitas.

3. Setiap anak adalah unik dan istimewa

Poin penting yang tak boleh dilupakan adalah "setiap anak terlahir unik dan membawa keistimewaan mereka masing-masing."

Maka penting untuk memperhatikan tumbuh kembang anak dan memahami setiap anak punya kemampuan yang berbeda dan fokus pada kelebihan anak. Jadikan, internet sebagai media mengembangkan potensi tersebut.

4. Asah kemampuan kognitif dengan cara menyenangkan

Yups, salah satu karakter Gen A yang terdidik dan tidak suka aturan dan cenderung individualis memang dikarenakan mereka terbiasa dengan kebebasan. Maka, penting untuk mengajak anak untuk mengasah kemampuan critical thinking and problem solving, communication and collaboration.

Misal dengan bermain games, challenge atau menggunakan aplikasi tertentu sehingga daya kritis mereka terasah. Asyik bukan!

5. Tetap ada batasan screen time

Meski akses internet mudah dan memberi manfaat, akan tetapi jangan lalai. Tetap memberi batasan untuk interaksi dengan gadget dengan tidak melupakan aktivitas di realife. Contoh membacakan dongeng dengan buku fisik bukan ebook, melakukan aktivitas fisik (berlari, berenang, melompat).

6. Bekal pondasi nilai spiritual yang baik

Hal yang tidak akan pernah berubah diera apapun adalah kebutuhan akan nilai spiritual dan etika. Penanaman nilai karakter sejak dini ini harus lebih kuat di era digital. Seperti agama, moral, budaya dan kepribadian (kepemimpinan, kejujuran, rendah hati) penting untuk diulang terus menerus.

Saranku, Sobat Hamim bisa menanamkan nilai ini sesuai dengan cara anak belajar saat ini. Misal saat bermain game, cobalah untuk tidak memberi pelajaran dengan metode ceramah tapi melalui game kita bisa ambil celah untuk anak berpikir dan menanamkan nilai yang ingin kita ajarkan kepada anak.

Ingatlah, bahwa Gen A akses internet memudahkan mereka mendapatkan informasi namun interaksi secara emosional belum bisa digantikan dengan teknologi apapun. Inilah kesempatan yang bisa kita ambil.

7. Komunikasi dengan pasangan tentang pola pengasuhan

Komunikasikan pembagian co-parenting bersama pasangan agar pengasuhan sama dan seimbang. Khususnya aturan bagi anak. Hal tersebut melatih disiplin, tanggung jawab, dan lain sebagainya.

Biasanya, aku dan suami memberikan batasan waktu berapa lama yang mana bisa dihitung sendiri oleh si anak. Jika anak belum mengenal angka maka bisa dengan didampingi terlebihi dengan batasan berapa banyak video yang ditonton. Pastikan kita menjadi orang tua yang konsisten juga ya Sobat Hamim. Sebab hal tersebut bisa ditiru oleh anak juga. Jangan plin plan saat membuat aturan.

Oke itulah tips yang bisa aku bagikan ya Sobat Hamim. Insya Allah practicable kok dan aku sudah membuktikannya ke duo sholihahku yang masih balita.

Penting untuk dipahami! Jangan bosan untuk belajar dan memahami bagaimana literasi digital yang baik. Sehingga anak-anak bisa melihat contoh nyata bagaimana berinteraksi dengan gadget dan internet yang baik melalui sikap dan tingkah laku kita.

Yuks, menjadi orang tua yang bijak dengan internetnya Indonesia. 
"Anak-anak tidak pernah baik dalam mendengarkan orang yang lebih tua. Namun, anak-anak tidak pernah gagal dalam meniru orang yang lebih tua." - James Baldwin

Jika kita bersikap bijak maka anak secara tidak langsung belajar bijak dari kita. Semangat para orang tua hebat! 


Sumber :

1. https://komnasdikkediri.or.id/selamat-datang-gen-alpha-kesempatan-dan-tantangan-dalam-keterampilan-digital/

2.JURNAL EDUCHILD (Pendidikan & Sosial) Vol. 8. No. 2, Agustus 2019, (65-70) di akses melalui Websites: https://educhild.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPSBE

3. https://www.satuharapan.com/read-detail/read/cara-milenial-mengasuh-anak-si-generasi-alfa

4. https://www.sehatq.com/artikel/informasi-penting-untuk-membesarkan-anak-generasi-alpha

5. https://www.indihome.co.id/

6. https://www.kompas.com/skola/read/2021/06/15/142539669/literasi-digital-pengertian-prinsip-manfaat-tantangan-dan-contoh

Hamimeha
Bismillah, lahir di Pulau Garam, tumbuh di kota Santri, menetap di kota Pahlawan., Saat ini suka berbagi tentang kepenulisan-keseharian-dan parenting., ● Pendidik, ● Penulis 11 buku antologi sejak 2018, ● Kontributor di beberapa media online lokal dan nasional sejak 2019, ● Praktisi read a loud dan berkisah, ● Memenangkan beberapa kompetisi menulis dan berkisah, ● Narasumber di beberapa komunitas tentang parenting dan literasi. ●

Related Posts

31 komentar

  1. Setujuu..bukan zero gadget tapi bijak menggunakan gadget. Inspiratif sekali artikel ini, memnag enggak gampang jadi ortu di era digital
    Sama Bun, saya juga merasa jika IndiHome terjangkau baik dalam hal harga maupun layanan, memang IndiHome bisa diandalkan ya...Betah jadi pelanggannya!

    BalasHapus
  2. Iya nih, bukan menjauhkan si kecil dari gadget, melainkan belajar bijak menggunakannya.
    tentu ortu harus mencontohkannya

    BalasHapus
  3. Wih mantep banget Mbak ilmunya. Terus terang saya juga lagi butuh bacaan ini..karena mau melarang total penggunaan gadget rasanya gak mungkin, tapi baiknya bijak saja lah menggunakannya ya mbak

    BalasHapus
  4. Selalu suka sama penjelasan kak Hamim. Daleem banget dan ini alasan mengapa Rosulullah sholallahu 'alaihi wassalam bahwa "Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian".

    Semoga dengan kematangan dan pemahaman yang benar mengenai dunia digital ini, kita bisa menjadi pembimbing yang baik untuk amanah anak generasi Alpha.

    BalasHapus
  5. Aku punya anak generasi Alpha. Terimakasih artikelnya cocok buat aku, Mbak.

    BalasHapus
  6. Orang tua sekarang memang harus banyak mengetahui banyak hal termasuk informasi mengenai cara mendidik anak, penting banget kalau internet mendukung agar proses mendidik ini tidak tersendat.

    BalasHapus
  7. Anak-anak zaman sekarang udah pinter-pinter banget main hp. Instal sendiri, main game sendiri game asing, dan bisa paham gitu. Ponakanku juga gitu soalnya. Saat dewasa nanti mereka akan jadi generasi yang paham banget dengan tekhnologi.

    BalasHapus
  8. Memang tantangan banget ya untuk mendidik anak di era saat ini, tapi untungnya udah ada internet yang membuat kita jadi lebih praktis dan ngajarin anak juga lebih mudah.

    BalasHapus
  9. Waw tulisannya lengkap banget mba 😍. Memang internet dan teknologi itu ibaratnya seperti pedang bermata dua ya buat anak - anak. Jadi sebagai orang tua kita perlu mengajarkan anak kita untuk bijak dalam menggunakan gadget dll ya. Tidak anti pada internet tetapi tidak juga melepaskan anak begitu saja tanpa pembekalan. Aihhh emang ga mudah jadi ortu ya mba. Tapi apapun itu, semoga kita bisa mendidik anak kita sesuai zamannya. Amin

    BalasHapus
  10. Berhubung anak-anak zaman now adaptif banget sama teknologi dan gawai, sekalian aja diajarin bikin coding. Jadi gak cuman main game di gawai, justru malah jadi pencipta gamenya sekalian. Mengarah ke hal yang positif.

    Sekarang apa-apa pakai teknologi digital dan internet ya. Generasi baby boomer yang di atas saya dan sering dianggap gaptek aja juga 'dipaksa' melek teknologi dengan aplikasi-aplikasi. Mau masuk mol aja pakai aplikasi, transfer bank pakai aplikasi. :D

    BalasHapus
  11. Iya mbak, mau melarang total ga mungkin karena anaknya malah Jd kudet. Ga cuma di pergaulan sehari-hari, di sekolah pun dari tingkat dasar sudah butuh riset ringan dengan memanfaatkaan internet.

    Untung bagi saya yg tinggal di daerah terpencil ada IndiHome yg jaringannya stabil.

    BalasHapus
  12. Iya mba memang perlu siasat agar gadget bisa bermanfaat untuk anak-anak. Untuk menemani anak saya belajar membaca, saya mengajaknya menonton Jalan Sesama segmen Gatot Kaca yang mencari kata benda yang dimulai dari suatu huruf. Cukup mudah dan cepat menarik perhatian si anak. Setelah itu barulah dia belajar menuliskan huruf dan kata tersebut di buku. Proses belajar jadi minim drama :)

    Set

    BalasHapus
  13. Waktu baca tentang karakter generasi alpha, langsung keinget keponakan. Para orang tua dan calon orang tua nggak berhenti belajar demi bisa mendidik anak-anak sesuai dengan generasi dan jamannya ya mbak

    BalasHapus
  14. Ada pepatah bijak, didiklah anakmu sesuai zamannya
    Memang kalau mendidik generasi alpha ini, kita juga harus paham literasi digital ya mbak
    Agar bisa menemani tumbuh kembang generasi alpha yang emang akrab dengan teknologi digital

    BalasHapus
  15. Saya sepakat mengenalkan gadet dan tetap terkontrol ya bun. Artikelnya padat isinya saya suka banyak informasi yang belum saya dapatkan sebelumnya.

    BalasHapus
  16. Yes, jadi orang tua kudu mempersiapkan diri agar bisa mendidik anak sesuai zamannya. Apalagi di zaman figital begini, orang tua kudu bisa mencontohkan penggunaan gadget secara positif...

    BalasHapus
  17. Aku juga memilih utk ngajarin anak2 gadget drpd melarang mereka samasekali ga boleh megang. Adaaaaa temenku yg ngelarang anak2nya gadget, Krn takut ntr nyandu dia bilang.

    Padahal Yaa, anak2 ini lahir di masa teknologi. Ya kaliii hrs kita larang utk tau gadget. Justru mereka hrs tau. Yang terpenting, sebagai ortu bantu utk mengawasi.

    Anak2ku juga aku Batasin mba. HR sekolah mereka ga pegang gadget, kec ada tugas penting. Tapi weekend mereka boleh main atau ngutak ngatik gadgetnya. Dan udah pada hapal kok, kalo sudah jam tertentu, ya hrs dimatikan. Semua ini hanya soal disiplin sih

    BalasHapus
  18. Bener banget mbak, generasi alpha tuh pemikir kritis dan inovatif, jadi kadang cuma liat kita mengaplikasikan sesuatu di handphone or laptop mereka sudah tahu dan tidak jarang bertanya ini itu. NAh, kita mesti banyak ilmu. Tetapi bagaimana jika kayak aku yang sehari-hari di rumah saja, ah syukur ada internet dari IndiHome jadi aku bisa tetap belajar dari rumah.

    BalasHapus
  19. Iya ya mbak Hamim. Internet itu jangan dipandang sebagai sesuatu yang negatif mulu. Malah bisa mendatangkan banyak kebaikan hidup kok. Seperti dalam hal parenting ini. Ortu jaman now wajib melek teknologi deh.

    BalasHapus
  20. Keponakan saya termasuk generasi alpha. Dalam hal belajar pun, terkadang dia mencari jawabannya di internet. Dari rumus, pengetahuan umum. Kalau dari Youtube, dia jadi tahu banyak soal antariksa. Tidak mungkin melarang sama sekali penggunaan gawai. Apalagi semasa pandemi, belajar dari rumah, sekolahnya pakai laptop atau ponsel. Komunikasi dengan guru dan teman-teman sekelasnya juga lewat grup WA. Kalau sudah begini, diarahkan ke hal baik dalam menggunakan gawai. Bisa juga, ponselnya dipasangi aplikasi yang memblokir pencarian-pencarian kata kunci berbahaya.

    BalasHapus
  21. Setuju Mbak, keberadaan internet skrg semua bisa mengubah sikap dan pola prilaku anak-anak ya. Sehingga sbg ortu kita cukup jadi pendamping dan bijak mengawasi mereka..

    BalasHapus
  22. Orangtua juga kudu paham dengan update teknologi masa kini, jadi bisa terus memantau anak²

    BalasHapus
  23. Tantangan punya anak generasi A memang ngeri2 sedep. Kalau ortu nggak bisa bijak, si anak gaptek atau bahkan berdampak negatif berlebihan gadget. Menjadi ortu diposisi tengah itu jalan terbaik juga menurutku. Kenalkan fungsinya, kelebihan kekurangan dll agar melek literasi digitalnya pntg bgt. Karena saat dah besar mereka akan kenal dengan digital cepat atau lambat. ^^ semangat mendampingi generasp alpha ya kita :)

    BalasHapus
  24. Sebagai ibu emang harus upgrade skill trus ya mba supaya kita bisa terus dampingin anak2 di masa era digital kaya skarang jadinya gk ketinggalan jaman

    BalasHapus
  25. Generasi alpha generasi yang memang dekat dengan teknologi, dan mereka masuk kategori generasi yang dibilang lebih cerdas dari pendahulunya

    BalasHapus
  26. Nah iya..penting banget nih literasi digital, mengingat sekarang tuh cepat banget mereka terpapar sama yang namanya gadget dan internet. Maka perlu diimbangi pula dengan ilmu terkait hal tersebut, biar lebih cakap digital.

    BalasHapus
  27. Bener banget internet bisa jadi lawan bisa jadi lawan tergantung penggunaan dan pengawasan kalau untuk anak. Yang sedih kalau anak diasuh oleh gadget dan tv. Ortu sibuk sendiri. Terus terang aku masih kerap pegang hp Deket anak kalau lagi ada kerjaan deadline.
    Tapi anakku malah minta buat nutup hp. Wkkkka Krn dia tau kalau LBH baik main sama ortunya bukan ortu sibuk hp an saat sedang sama anak

    BalasHapus
  28. Jadi orang tua itu rumit ya kak. Apalagi di zaman serba digital ini. Harus pandai-pandai memanfaatkan teknologi agar bermanfaat dan tidak mengarah pada hal yang buruk maupun berlebihan.

    BalasHapus
  29. Anak-anak emang peniru andal dari apa yang dilakukan orangtuanya. Tepat banget jika sebagai orangtua kita mendampingi mereka saat penggunaan internet ini. Bukan dilarang, tapi diarahkan. Imbangi juga dengan aktivitas di dunia nyata agar anak-anak paham batasan mana yang maya dan mana yang memang urgent dikerjakan di kehidupan sehari-hari.

    BalasHapus
  30. beneeer mbak hamim bijak menggunakan gadget, slalah satu keuntungan dari gadget anakku juga jadi bisa english autodidak wkwkwk mba hamiiiim ko tulisannya keren2 banget sih.... infografisnya juga....

    BalasHapus
  31. Pembahasan yang sangat bagus dan edukatif. Penting banget nih buat dipahami para ortu

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular