=Hamimeha

Bekal Menyongsong Hari Tua yang Sehat dan Bahagia

Posting Komentar
Konten [Tampil]
Bekal hari tua sehat dan bahagia
Sejak belajar sedikit lebih serius tentang psikologi, aku mengagumi hirarki Maslow tentang teori kebutuhan manusia. Puncak tertinggi dari hirarki Maslow adalah aktualisasi diri, yang artinya menerima keadaan di mana individu dapat menggunakan sepenuhnya kemampuannya sendiri sambil terus menggali apa yang kurang pada dirinya.

Sayangnya tidak banyak orang yang bisa mencapai hirarki Maslow ini. Sebab masih banyak orang hingga usia tua mereka masih terjebak dengan kebutuhan dasar yakni rasa fisiologis dan rasa aman. Mengapa bisa demikian ya? Aku pun penasaran dengan hal tersebut.

Namun setelah aku coba mengamati kondisi di sekitar, aku menyadari satu hal bahwa usia tua seringkali identik dengan kondisi lemah, performa diri menurun, dan hal-hal yang menggambarkan suatu hal yang tidak produktif lagi.

Sekalipun hal tersebut benar, namun pandanganku tentang hari tua dengan tantangannya masih positif. Aku meyakini bahwa seharusnya di masa tua kita tetap bisa menciptakan hari tua yang sehat dan bahagia. Hal ini merupakan hasil refleksi setelah menyaksikan kondisi ibu mertua yang bertarung dengan sakit selama seperempat sisa hidupnya serta mamak ku yang tiba-tiba divonis stroke sehingga membuat beliau nyaris lumpuh.

Ada apa gerangan hari tua dihantui dengan kondisi tersebut? Inilah pengalamanku dalam merefleksikan diri sehingga lahir tulisan bekal menyongsong hari tua yang sehat dan bahagia ini. Yuks simak tulisan ini!

Sakit Orang Terdekat adalah Peringatan

Yups Sobat Hamim, aku sudah sempat menyinggung tentang mertua dan ibu kandungku yang sakit di tulisan sebelumnya. Aku jamin bahwa tidak ada orang yang mau ditimpa suatu penyakit yang membuat mereka jadi tak bisa aktif dan produktif. Namun kadang takdir pahitnya melebihi takaran obat. Kondisi sakit di usia tua kerap terjadi pada orang-orang dengan usia lanjut. Dan biasanya, sakit ini sedikit banyak selalu membuat orang disekitarnya menjadi lebih repot sebab harus mengurus orang tua yang sakit. Menyaksikan kondisi ini aku menjadi berdoa dan berupaya agar di hari tua nanti bisa sehat dan tidak merepotkan. Dan itu harus di mulai sejak saat ini, sebab kesehatan itu sejatinya investasi hari tua.

Sejujurnya, kita memang tidak bisa menolak takdir jika memang sudah terjadi. Akan tetapi sebenarnya kita bisa mengupayakan untuk bisa melakukan investasi hari tua melalui kesehatan kita. Sehingga di usia tua nanti kita bisa tetap sehat dan membersamai anak cucu kita hingga kita tutup usia dengan kondisi bahagia. Kalaupun ada sakit, sakit tersebut bukanlah sakit yang berkepanjangan.

Mungkin begitulah gambaranku ketika mencoba meneropong harapan di masa depan. Aku ingin bisa hidup dengan sehat dan bahagia di usia tua. Dengan beberapa persiapan yang bisa menjadi bekal yakni sebagaimana tulisan selanjutnya.

Lima Bekal Menyiapkan Hari Tua yang Sehat dan Bahagia

Yups, menurut “World Health Organization” (WHO)definisi sehat adalah keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”. Dan untuk mencapai kondisi sehat sejahtera di usia ini, aku mencoba merumuskan lima bekal menyiapkan hari tua yang sehat dan bahagia versi aku ya Sobat Hamim.

Pertama, menjaga kesehatan dengan asupan makanan yang baik

Yups, kata pepatah lama mengatakan bahwa sumber penyakit asalnya dari perut dan pikiran. Aku rasa ini ada benarnya ya Sobat Hamim. Sebab asupan makanan yang kita makan sejatinya menjadi energi bagi tubuh kita.

Selain menjadi energi, sumber makanan yang kita makan bisa menjadi sumber penyakit juga jika kandungan dalam makanannya tidak baik seperti makanan tinggi gula, mengandung lemak berlebihan, mengakibatkan kolesterol, dan sebagainya. Nah, hal ini sebenarnya agak sulit dihindari mengingat sekarang semakin banyak makanan instan yang menggoda selera hiks.

Pasalnya, salah satu yang memicu terjadinya stroke pada ibuku adalah makanan yang sering beliau konsumsi. Dan hal ini menjadi peringatan bagi kami anak-anaknya. Sejak itu aku sadar bahwa seharusnya aku segera merubah pola hidup lebih sehat dengan mengkonsumsi makanan- makanan yang bergizi.

Kedua, menjaga kesehatan dengan olahraga dan gerak aktif

Yups, suamiku telah mempeloporinya dengan menyediakan waktu 10-30 menit untuk workout ringan di rumah Hal ini adalah upaya agar kondisi tubuh tetap bugar dengan olahraga. Termasuk selalu aktif bergerak dengan berbagai aktivitas kita.

Sebab di era digital saat ini tantangannnya adalah mager ( malas gerak) sedangkan mata terus menatap layar. Sungguh gaya hidup yang tidak mendukung kesehatan kita bisa awet hingga tua. Jangan heran jika mendengar istilah remaja jompo, itu adalah sebutan bagi anak muda yang kondisi tubuhnya mudah lelah dan kurang beraktivitas.

Ketiga, menjaga kesehatan mental dengan penerimaan diri yang baik

Wow, ini poin yang sampai saat ini masih coba aku internalisasi dalam diriku. Menjaga kesehatan mental salah satunya adalah aware dengan kondisi diri ketika tidak baik-baik saja. Melakukan refleksi diri untuk terus menghargai setiap pencapaian dan menghadirkan self love.
Selain itu, mencoba untuk terus berpikir positif atas setiap hal dan tidak membandingkan diri dengan kondisi orang lain. Ini tips jitu yang membuat diriku di satu terakhir jauh lebih enjoy dalam menjalani hidup lho!

Keempat, tetap aktif dan produktif dengan apa yang disukai

Ternyata memiliki hobi itu bisa jadi bekal untuk kita tetap aktif dan produktif. pasalnya, semakin kita aktif beraktivitas maka hal ini bisa menurunkan tingkat demensia di usia tua. Dengan kita sibuk secara positif maka kita mendorong kondisi tubuh kita untuk terus bekerja dengan baik. Dengan catatan sesuai kemampuan ya!

Kelima, menyiapkan supporting system di masa tua

Yang tak kalah penting dan semakin aku sadari ketika aku sempat mengalami RMS selama dua kali dalam 2 bulan ketika hamil anak keduaku dulu. Yups, aku mengalami Hiperemesis Gravidarum yakni kondisi mual dan muntah dapat terjadi sepanjang hari dan berisiko menyebabkan dehidrasi. Nah bisa dibayangkan betapa lemahnya aku saat itu.

Hal yang menjadi salah satu catatanku saat itu adalah biaya MRS yang harus dibayar oleh suamiku dengan nominal yang gak sedikit. Jujur aku sedih sih, coba jika aku punya asuransi kesehatan maka biaya ini bisa dicover. Sehingga keuangan keluarga kami jadi lebih aman,

Iya tapi semua sudah terjadi. Dan sejak itu, suamiku terpikir untuk membuatkan asuransi kesehatan untuk kami. Hal ini ia lakukan agar kelak jika ada suatu hal yang tak terduga atau hal yang tidak kita inginkan berkaitan dengan kesehatan maka bisa lebih bisa terasa khususnya dari segi finansial.

Pun aku berkaca pada ibu dan bapak mertua yang mana harus melakukan pemeriksaan kesehatan satu bulan sekali namun tanpa biaya. Hal ini dikarenakan beliau memiliki asuransi kesehatan sehingga mengcover kebutuhan beliau berobat. Agak berbeda dengan ibuku, karena keluarga kami belum memiliki asuransi kala itu maka jika ada anggota keluarga yang sakit amak cukup merogoh kantong alias harus mengeluarkan biaya cukup besar untuk pembiayaan pengobatan.

Nah, menurutku asuran kesehatan adalah supporting system handal di hari tua untuk menjadi bekal di hari tua yang sehat dan bahagia. Buat Sobat Hamim yang ingin tahu info lebih detail tentang premi asuransi kesehatan bisa langsung cek di cekpremi.com ya.

 
Sehat di Usia Tua adalah Kado dan Anugerah bagi Anak Cucu Kita

“Kau tahu yang seharusnya orang tua lakukan demi anaknya? Hidup sehat dan panjang umur. Bukan menahan sakit demi memberikan lebih banyak uang. Tetapi menjaga dirinya dengan baik.”- Yoon Hye Jin.
Bagiku ini quote favorite sepanjang menonton drakor Hometown Cha-Cha yang diperankan oleh oleh Kim Seon Ho dan Shin Min Ah tahun 2021 lalu. Quote ini diucapkan oleh dokter Hye Jin kepada nenek Gamri yang sering memilih untuk sakit gigi daripada berobat dengan alasan uangnya untuk ditabung buat anaknya ini patut untuk direnungkan.

Nasihat dokter gigi Hye Jin kepada nenek Gamri memberi tamparan keras bahwa alih-alih diwarisi harta kekayaan, sejatinya seorang anak lebih merasa berharga ketika menghabiskan momen lebih lama dengan kondisi orang tua yang sehat bersama mereka. Sebab orang tua yang sehat di usia tua adalah kado dan anugerah terindah bagi anak dan cucu mereka.

Ah, sederhana sekali bukan? Hal ini pula yang kemudian membangun kesadaranku setelah menyaksikan orang terdekatku mengalami sakit satu persatu di usia tuanya. Aku selalu menyelipkan doa, berikan umur panjang pada mereka agar bisa menyaksikan dan membersamai anak dan cucunya tumbuh hingga dewasa.

Ikut merasakan kebahagian dan kebanggaan saat anak dan cucunya mencapai tangga kesuksesan atas jerih payah mereka. Nah, inilah yang menyemangatiku untuk memiliki cita-cita memiliki masa tua yang sehat dan bahagia. Aku menyadari bahwa kesehatan juga investasi. Dengan kondisi diri yang sehat dan bahagia maka kita bisa mencapai hirarki tertinggi Maslow bukan?
Hamimeha
Bismillah, lahir di Pulau Garam, tumbuh di kota Santri, menetap di kota Pahlawan., Saat ini suka berbagi tentang kepenulisan-keseharian-dan parenting., ● Pendidik, ● Penulis 11 buku antologi sejak 2018, ● Kontributor di beberapa media online lokal dan nasional sejak 2019, ● Praktisi read a loud dan berkisah, ● Memenangkan beberapa kompetisi menulis dan berkisah, ● Narasumber di beberapa komunitas tentang parenting dan literasi. ●

Related Posts

Posting Komentar

Popular