=Hamimeha

Bermain Bebas Vs Bermain Terstruktur

18 komentar
Konten [Tampil]
Bermain Bebas Vs Bermain Terstruktur, ulasan singkat dari jenis bermain dan tahapannya. Mana yang lebih baik?

Bermain bebas vs bermain terstruktur
Memahami kebutuhan anak usia dini yakni bermain. Membuat kita sebagai orang tua perlu memberikan fasilitas yang memadai. Tak harus mahal atau beli di toko mainan yang bisa menguras budget keuangan rumah tangga. Karena bermain pada dasarnya bebas saja. Zaman dulu, dengan area terbuka luas dan alam yang masih menyediakan berbagai tantangan bagi anak, secara alami telah melakukan stimulasi tumbuh kembang anak dengan bermain bebas.

Dewasa ini, perkembangan teknologi, kemajuan ekonomi dan pembangunan membuat fasilitas yang disediakan alam menjadi terbatas. Gedung bertingkat, ruko, minimnya taman bermain membuat ruang gerak anak terbatasi.

Sehingga, peran orang tua dalam menyediakan fasilitas tersebut harus lebih diperhatikan. Pasalnya, bermain bukan sekedar aktivitas bersenang-senang saja. Meski sejatinya itu adalah dampak setelah bermain yaitu perasaan bahagia. Namun lebih daripada itu bermain memberikan banyak aspek yang mampu menstimulasi tumbuh kembang anak.

Saat bermain anak bebas melakukan apapun yang mereka ingin lakukan dan bersifat fleksibel. Sehingga tak masalah jika anak beralih dari permainan satu ke permainan lainnya. Karena dalam bermain khususnya bermain bebas lebih menekankan pada proses bukan hasil. Namun perlu dipahami bahwa bermain di setiap jenjang usia itu tak sama. Semisal permainan anak usia satu tahun berbeda dengan anak usia 3 tahun.

Tahapan Bermain

Dalam hal ini Mildred Parten menyatakan ada enam tahapan bermain pada seorang anak, yaitu:

1. Unoccupied Behaviour

Tahapan ini biasa dilakukan saat anak masih berusia bayi. Anak hanya mengamati kejadian yang menarik di sekitarnya. Jika tak ada yang menarik baginya, maka ia akan menyibukkan dirinya sendiri.

2. Onlocker Behaviour

Pada tahapan ini anak lebih menyadari keberadaan mereka di lingkungan sekitarnya. Anak akan melihat atau memperhatikan anak lain yang sedang bermain.

3. Solitary Play

Pada tahap ini anak lebih asyik dengan dirinya sendiri tetapi tidak berhubungan dengan orang lain. Mereka sibuk dengan aktivitasnya.

4. Parralel Play

Tahapan ini anak sudah bisa bermain permainan yang sama dengan teman lainnya. Akan tetapi, kebanyakan mereka lebih suka melakukan permainan terpisah dari teman yang lain. Sikap seperti ini biasanya dilakukan anak usia awal sekolah.

5. Associative Play

Pada tahap ini aspek intrapersonalnya. mulai berkembang. Anak terlibat aktif dalam interaksi sosial dengan atau tanpa peraturan. Anak mulai belajar bekerja sama. Tahapan ini biasanya dilakukan anak usia prasekolah.

6. Cooperatif Play

Pada tahap ini anak lebih matang. Mereka sudah memiliki interaksi sosial yang teratur. Mampu diajak kerja sama maupun melakukan tugas atau peran. Pun telah bisa diajak melakukan permainan yang memiliki tujuan tertentu.

Gagasan yang dijabarkan oleh Patern ini sering digunakan sebagai acuan untuk menilai kemampuan sosial anak. Dengan acuan ini dapat membantu kita dalam memberikan stimulasi perkembangan kemanpuan sosial anak. Karena dalam bermain selain untuk mencapai milestone individu anak juga penting mengasah keterampilan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

Bermain Bebas Ve Bermain Terstruktur

Memahami bahwa bermain adalah kebutuhan bahkan dunia anak. Maka sudah jelas jika bermain memberikam banyak manfaat khususnya dalam merangsang tumbuh kembang anak berdasarkan sesuai usianya. Bermain dibagi menjadi dua berdasarkan target yang ingin dicapai yakni bermain bebas dan bermain terstruktur.


Bermain bebas/tidak testruktur adalah jenis permainan yang tidak terencana sering disebut juga spontaneus play atau free play. Free play ini kerap dipratikkan dalam pola asuh Denmark dan Finlandia yang didapuk bertahun-tahun sebagai negara paling bahagia.

Free play bersifat open-ended play, maksudnya hasil karya anak satu dengan yang lainnya bisa berbeda dan beragam. Anak bebas tanpa target dan tujuan. Mereka yang menentukan permainan apa yang ingin mereka pilih. Misal, bermain kertas. Beberapa anak diberi kertas yang sama. Bisa jadi tindakan yanh dilakukan anak satu dan anak yang lain akan berbeda bahkan beragam.

Bermain bebas ini memberi ruang ekplorasi yang lebih luas. Anak bisa bekreasi tanpa terikat dengan aturan. Mereka yang menentukan targetnya sendiri. Hal ini membuat anak mengeksplor kemampuan mereka, kreativitas, imajinasi dan kognitifnya tanpa tekanan dari pihak manapun.

Hal ini membuat anak bebas dan lebih bahagia dengan apa yang mereka lakukan. Contoh free play adalah bermain boneka, mobil-mobilan, masak-masakan, bermain pura-pura atau saat anak pergi ke playground dimana ada banyak macam fasilitas permainan yang bisa mereka pilih untuk dimainkan.

Bermain terstruktur adalah permainan yang telah direncanakan, memiliki tujuan tertentu dan aturan saat memainkannya. Permainan ini banyak mendapat intervensi dari orang tua atau orang dewasa sebagai pengarah maka disebut juga adult direct play.

Dalam permainan ini anak belajar mengenal aturan, disiplin, memahami instruksi, mencapai tujuan, melatih keterampilan sosial, mengasap sikap tanggap, memusatkan konsentrasi, melatih kegigihan, bekerja sama, memghormati orang lain serta mengenal kegiatan baru yang mungkin tidak bisa mereka lakukan saat bermain bebas.

Contoh permainannya adalah monopoli, ular tangga, puzzle, petak umpet, dan lain sebagainya. Permainan terstruktur ini juga sering digunakan untuk aktivitas prasekolah misal kegiatan pramembaca atau pramenulis.

Demikian penjelasan tentang jenis bermain berdasarkan tujuannya. Dari kedua jenis bermain tersebut memiliki keunggulan masing-masing. Pada dasarnya, bermain memang disesuaikan dengan jenjang usia anak. Peran orang tua dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang dengan bermain sangat besar.

Ditambah lagi tantangan zaman seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Meski demikian anak telrahir dengan kecerdasan yang telah dibawa sejak lahir. Peran orang tua membantu mengarahkan agar kecerdasan tersebut terasah secara optimal. Semangat membersamai Ananda!
Hamimeha
Bismillah, lahir di Pulau Garam, tumbuh di kota Santri, menetap di kota Pahlawan., Saat ini suka berbagi tentang kepenulisan-keseharian-dan parenting., ● Pendidik, ● Penulis 11 buku antologi sejak 2018, ● Kontributor di beberapa media online lokal dan nasional sejak 2019, ● Praktisi read a loud dan berkisah, ● Memenangkan beberapa kompetisi menulis dan berkisah, ● Narasumber di beberapa komunitas tentang parenting dan literasi. ●

Related Posts

18 komentar

  1. Permainan apapun yang sederhana sebenernya bisa melatih sensorik anak ya mbak. Benar kata mba bahwa anak terlahir dengan kecerdasannya masing masing tinggal bagaimana orang tua mendamppinginya

    BalasHapus
  2. Setuju banget. Kalau aku lebih ke bermain sesuka mereka aja. Tentunya di sesuaikan dengan usia dan tumbuh kembangnya.

    BalasHapus
  3. Selama ini anakku masih free play juga mba. Bener banget kalau main terstruktur yg ada interfensi dari ortu biasanya untuk anak2 yg lebih besar yaa. Kalau anak umur 2 tahun gini kadang dia gamau ikuti aturan permainan wkwkwkwk. Kalau pun mau cuma bentar palingan bertahan 3 menit doaangg 🤣🤣

    BalasHapus
  4. aku lebih sering mbebasin anak main apa aja, kadang saya hanya memberi saran permainan jika diminta bantuan oleh anak, memberi ide gtu, kalo dia antusia dan ingin kita lanjut main bareng, kalo misal dia tidak mau, kita gali jenis permainan yang lain.

    BalasHapus
  5. Setiap anak akan berkembang sesuai usia dan tahapan pertumbuhannya kan ya. Sebagai orang tua kita pastikan aja anak aman dan terarah.
    Anka bebas bermain justru ternyata bagus untuk kecerdasannya

    BalasHapus
  6. Saya lebih tertarik dengan teknik mendidik negara Findlandia, sayang ya di negara kt msh terikat dengan sistem yang kesannya kaku

    BalasHapus
  7. Wah makasih mom pencerahannya.. selama ini aku lebih sering bermain bebas sih ngikutin perkembangan dan kemauan anak aja

    BalasHapus
  8. Wah aku make keduanya ini, ada saatnya anak bermain bebas, ada juga waktunya anak bermain terstruktur. Tapi anakku lebih suka bermain bebas betah banget dia, kalo bermain terstruktur 30 menit yaaaa udah berasa lama bagi dia wkkwkwkw

    BalasHapus
  9. Masya Allah, bermain aja ada teorinya ya hehehe... kadang, kalau terlalu mikirin teori gini jadi kepikiran terus apa yang dikasih ke anak udh sesuai atau belum, padahal sih mengalir disesuaikan sama anak lebih nikmat kadang hehe

    BalasHapus
  10. Baru tau kalo ada istilah bermain terstruktur, taunya bebas aja, hehe..

    Kalo anakku sih alhamdulillah, memang lebih seneng bermainyang berstruktur, jadi aku sendiri lebih tau kesenengannya dia.

    BalasHapus
  11. Boleh aku save dulu ya mbak, soalnya belum punya anak, hehe.. tq mbak

    BalasHapus
  12. Anak saya suka dua metode bermain bebas dan terstruktur, tapi tetep mereka lebih suka yang bebas

    BalasHapus
  13. saat anak-anak saya masih kecil, saya belum memiliki pengetahuan sebanyak ini tentang bermain. Yang ada dulu hanyalah kecemasan, takut anak begini, takut anak begitu. Syukurlah ibu-ibu atau orangtua yang melahirkan putra putrinya saat ini, bisa banyak mencari ilmu buat bekal mendidik mereka.

    BalasHapus
  14. Kalau aku sekarang ini bikin jadwal sendiri mbak untuk main terstruktur, karena udah usia 5 tahun jadi main sambil belajar konsepnya. Pertama hal yang harus dilakukan adalah mengajak anak membuat konsep dan ikut andil dalam pembuatan bahannya. Meski sering trestruktur itu tantangannya banyak, tapi ibu ga boleh nyerah yaaa. hihi. semangaat

    BalasHapus
  15. Dulu anak pertama masih rajin bikin permainan terstruktur, begitu anak kedua makin woles, biarin sesukanya main sama si kakak, wkwk.

    BalasHapus
  16. Aq tipe ibu yang membiarkan anak bermain sesuka mereka sesuai usianya tapi tetap dengan pengawasan ya, sekarang ini mereka sedang senang menari tari tradisional gegara dapat tugas menari eh sekarang keterusan

    BalasHapus
  17. Seru ya Mba, aku juga kalau ada keponakan tuh dia sukanya nggak terstruktur biasa aja gitu. Gemess pokoknya ya kalo sama anak kecil tuh

    BalasHapus
  18. wah jad ada gambaran tentang perbedaan struktur dan tidak dalam bermain.
    makasih ya mbak.

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular