=Hamimeha

Rekomendasi Pecel Di Surabaya, Warung Pecel Mbak Naning

38 komentar
Konten [Tampil]


Rekomendasi pecel di surabaya

Hai Sobat Hamim?

Pernah punya pengalaman unik saat berburu makanan inceran? Aku pernah Sobat Hamim, semasa pandemi gini lho!

Jadi, kali ini aku mau cerita pengalamanku makan pecel pinggir pantai lho, hehe. Saat itu aku lagi ngidam banget sama menu khas masyarakat Jawa yaitu pecel. Eits tapi aku tidak sedang hamil bahkan baru saja melahirkan.

Kok makannya pinggir pantai? Apakah warungnya terletak di bibir laut? Hehehe, bukan bukan. Panjang ceritanya dan ini ada kaitannya dengan pandemi nih. Nah, daripada penasaran yuks ikuti ceritaku hunting rekomendasi pecel di Surabaya dan bikin aku balik lagi lho buat beli hehe.

Mengulik tentang pecel

Nah Sobat Hamim, sebelum aku cerita ada baiknya kita mengulik sebentar tentang pecel yuks!

Dilansir dari laman online Kompas.com, Murdijati Gardjito, ahli gastronomi dari Universitas Gadjah Mada menyebutkan bahwa menurut Babad Tanah Jawi, pecel asal muasalnya diceritakan dihidangkan di daerah Yogyakarta. "Dipecel" berarti daun daunan yang direbus kemudian dibuang airnya dengan diperas.
Konon katanya juga pecel merupakan hidangan yang disajikan oleh Ki Gede Pamanahan untuk Sunan Kalijaga di waktu siang saat di pinggir sungai. 
Jujur saat membaca narasi ini, aku langsung membayangkan enaknya makan pecel di pinggir sungai hahaha. Bagaimana Sobat Hamim? Apakah terpikir hal yang sama hehehe.
Rekomendasi pecel di surabaya warung mbak naning
Nah, namun seiring berjalan waktu ternyata pecel ini makin dikenal dan populer di beberapa daerah. Bahkan setiap daerah membawa ciri khas untuk pecelnya masing-masing. Perbedaan ini bersifat selera dan kebiasaan masyarakat sekitarnya. Umumnya pada tingkat kekentalan saus, profil rasa (pedas, manis, atau gurih), penyajian (menggunakan daun pisang atau istilahnya dipincuk, daun jati, atau kertas bungkus biasa), dan toping-toping yang menyertainya seperti tumpang, lauk ati, peyek, dan lain-lain.

Sobat Hamim lebih suka yang mana?

Mencari Rekomendasi Pecel Di Surabaya

Sejujurnya, aku sendiri tidak terlalu memperhatikan darimana asal pecel itu hehe. Apakah pecel Madiun, Ponorogo, Solo, atau lainnya. Tapi aku memang lebih suka dengan pecel yang kental, aroma harum sedap, dan peyek yang berlimpah serta pilihan lauk yang banyak.

Pernah suatu kali seorang teman yang asli dari arek kulonan (sebutan untuk daerah kediri dan sekitarnya) mengatakan bahwa pecel itu memang sebenarnya tidak perlu ada lauk. Bagi mereka pecel ya dimakan cukup dengan nasi, sayur, disiram bumbu pecel, dan peyek.

Wah, jelas aku tidak sepakat hahaa.

Sedihnya, setelah belasan tahun tinggal di Kota Pahlawan aku belum pernah menikmati pecel yang sesuai dengan lidahku. Sebagai salah satu warga sekitar Kota Kediri, aku merasa pecel di Surabaya itu hambar. Rasanya gak ngalor gak ngidul.

Hingga suatu kali, bertepatan awal bulan pergantian tahun. Aku ingin sekali makan pecel. Serasa seperti orang ngidam. Dan maunya, makannya tidak di rumah. Nampaknya aku mulai bosan sekali. Apalagi sejak hamil hingga lahiran benar-benar tak pernah kemana-mana.

Apakah yang terjadi selanjutnya?

Ide konyolku ternyata di acc suami hahhaa. Dan disambut meriah sama si sulung. Yeay, berbekal perlengkapan seperti masker, handsanitizer, tisu, serta tumbler kami berangkat. Eits tapi sebelum itu kami sudah hunting dulu lewat rekomendasi mbah gugel.

Oh y, kami punya kebiasaan mencari rekomendasi tempat, kulineran, serta hal lain lewat google selain bertanya atau meminta rekomendasi teman. 

Namun perlu diperhatikan sebelumnya untuk rekomendasi google pun harus tetap memperhatikan 3 hal berikut:
Pertimbangan cari rekomendasi dari google
1. Saat mencari sesuatu pastikan bahwa keberadaannya tidak fiktif. Contoh, saat kami mencari pecel yang rekomended di Surabaya. Nah, aku tahu di mana lokasinya sehingga meminimalisir tersesat juga.

Akan lebih baik jika ada akun IG atau media sosial mereka. Kita bisa stalking-stalking dulu sebelum meluncur ke tujuan.

2. Cek rating dan reviewnya. Di era digital seperti sekarang jejak digital sudah bisa dijadikan rujukan lho!

3. Jika memungkinkan bisa cek ricek antar teman atau kenalan kita. Jadi akan lebih valid deh!

Dari ke-3 poin di atas, kami hanya melakukan dua poin di atas. Sebab, sudah tidak memungkinkan tanya-tanya teman, hehee. Mana pandemi gini kan tampaknya akan menjadi boomerang kalo publikasi kita mau makan di luar hahaha.

Oke, akhirnya kami berangkatlah saat itu di jam sarapan sekitar jam 7 pagi. Dan pecel manakah yang menjadi pilihan kami?

Yup!

Rekomendasi Pecel Di Surabaya, Warung Pecel Mbak Naning

Warung pecel Mbak Naning ini kami pilih dari rekomendasi google Sobat Hamim. Setelah dibaca-baca dan stalking IG mereka. Wah, kami sempat terpana saat ada beberapa public figure juga pernah mampir di sana lho. 

Nah, yuks simak ulasannya dari kacamata Hamim, hehee.

Kenapa pilih Warung Pecel Mbak Nuning?

Lokasi warung pecel mbak naning surabaya
Pilihan kami jatuh pada warung dengan rating star 4.6. Setelah di stalking dan baca reviewnya cukup oke. Terlebih lagi, lokasinya ternyata tidak jauh dari rumah kami.

Ada apa di Warung Mbak Naning

Sesampai di sana kami agak terkejut. Ternyata rame uey! Beberapa lihat para pesepeda, ada pula pasangan, keluarga, dan para driver berjaket hijau sudah antri. Padahal masih pagi lho, jam 7-an kami sampai sana.

Ini pandemi tapi tampaknya warungnya tetap rame. Atau bisa jadi jika tidak pandemi bisa lebih rame lagi. Nah, saat kami di sana ada beberapa hal yang kami amati.

Pertama, tempatnya

Jujur ya, warung pecel Mbak Naning ini secara penampakan tak seperti warung yang populer. Sederhana sekali. Tampak seperti warung PKL khas pinggir jalan. Wah tapi antrinya bisa mengular.
Lokasi Warung Mbak Naning ini terletak di Jl. Manyar Kertoarjo No. 10, Manyar, Surabaya. Tempatnya cukup strategis sebab mudah ditemukan, ada di dekat perempatan lampu merah jalan Kertajaya dan seberang SAMSAT Kertajaya.
Tempat warung pecel  naning

Karena tempatnya yang bersih dan luas, saat kami ke sana terlihat banyak rombongan keluarga dan kelompok orang memenuhi bangku-bangku ruang makannya untuk dine-in. Meski demikian dengan kondisi pandemi mereka tetap mematuhi prokes yang ada.

Kedua, pelayanan

Nah, aku worth it banget sama warung atau apapun yang bisa memberikan pelayanan terbaik. Jadi, benar-benar memanusiakan pembeli. Bahkan jika tempat tersebut terkenal sekaligus jika pelayanannya gak oke. Aku males balik. Hahhaa
Pelayanan ramah warung pecel madiun mbak naning
Aku merasa menemukan kelebihan dari Warung Pecel Mbak Naning ini yaitu di pelayanan. Pegawainya banyak dengan peran masing-masing. Jadi meski setiap hari ramai pengunjung kami tidak perlu menunggu lama untuk dilayani. Worth it lah!

Pun sudah disediakan nomor antrian dari kertas untuk pembeli, jadi rapi. Pegawainya akan memanggil sesuai nomor urutan jadi tidak perlu khawatir diserobot ya hahhaa.

Aku pernah beberapa kali minta plastiklah, sendoklah,gelaslah, atau hal lain yang mungkin terlihat menjadi pembeli yang rempong. Tapi para pegawai melayani dengan santai dan ramah. Wah, ini nih yang bikin kami balik lagi.

Tak hanya itu, keakraban yang diciptakan oleh pegawai yang bagian menghidangkan pecel terlihat hangat menyapa para pembeli yang sepertinya langganan makan pecel di sana. Dengan guyonan khas Suroboyoan lah.

Dan lagi, untuk para driver ojol pun ada pelayanan tersendiri sehingga regulasi pelayanan tetap berjalan lancar.

Ketiga, menu dan harga

Wah, sampailah kita di sini hahaha.

Dari review yang aku baca ada yang cocok pun ada yang bilang B saja. Kalau buat aku, rasanya cukuplah. Sambelnya agak manis karena sambel pecel Madiun khasnya seperti itu.

Dibandingkan pecel-pecel yang aku beli, ini termasuk yang bersahabat dengan seleraku. Pilihan level pedasnya juga ada, dari pedas banget, sedang, dan tidak pedas. Biasanya kami beli 3 porsi. Pedas untuk ayah, sedang untuk bunda, dan tidak pedas untuk si kakak.

Sayurnya juga lengkap menurutku yang selama ini hanya menemukan sayur kangkung, kecambah, dan timun saja. Di warung Mbak Naning ini sayurnya berlimpah.

Dan lagi, porsinya besar ya Sobat Hamim! Bagi kamu yang punya kebiasaan makan dengan porsi kecil sebaiknya memilih nasi separo saja.  
Porsi warung pecel mbal naning
Kelebihan lain dari warung mbak Naning ini adalah aneka macam lauk yang disediakan. Buat kami yang tidak terlalu suka daging, laul empalnya enak. Pilihan lauk yang beragam membuat kami merasa terpuaskan.

Khasnya lagi, penyajian pecel ini baik yang makan di tempat maupun dibungkus tetap menggunakan pincuk daun pisang. Nah, menambah sedap bukan!

Untuk minumannya, standar banget. Mereka memang tidak menyediakan banyak pilihan minum. Hanya teh, jeruk, dan air mineral. Sepertinya fokus sama pecel ya. Itu saja aku melihat para pegawainya nyaris tak ada yang santai. Semua bekerja.

Harganya?

Hahahaha, sejujurnya aku agak kaget di pengalaman pertama kami. Sebab kami membeli 3 porsi dengan tambahan beberapa bungkus rempeyek dan jajanan menghabiskan uang hampir 150ribu.

Mungkin salahku juga tidak meminta nota atau ngecek harga terlebih dahulu. Setelah aku cek ternyata mahal karena aneka ragam lauk yang kami minta hahaha.

Warung pecel mbak Naning ini juga tersedia di aplikasi online. Makanya banyak driver online yang juga ikut meramaikan antrian. 


Meski harganya cukup wow buat kantong mahasiswa. Disarankan untuk siap-siap isi dompet jika mau mengincipi pecel Madiun di Warung Mbak Naning ya!

Kok Makannya di Pinggir Pantai?

Oke, Sobat Hamim! Menjawab penasaran kalian, kenapa kok  beli warung di pinggir jalan raya tapi makannya di pinggi pantai hwakaka. 

Jadi, saat pertama kali kami memutuskan ingin makan di luar. Kami memang berencana untuk tidak dine-in pun tidak ingin makan di rumah. Maunya bungkus tapi makannya di area ruang terbuka.
Suasana makan pecel pinggir pantai

Setelah pesanan kami selesai, kami mencoba cari taman. Ternyata taman di Surabaya memang sejak pandemi banyak yang tutup. Kebetulan rumah kami dekat dengan pantai Kenjeran. Akhirnya kami memutuskan untuk makan di sana sambil menikmati suasana pagi di bibir laut hahaha.

Asyik sih ternyata. Kami memilih tempat penjual es degan. Sambil order es degan kami ijin untuk numpang makan di sana. Jadi begitu ceritanya.

Tiga kali kami menikmati pecel Mbak Naning, baru di pengalaman ke-3 kami makan di tempat. Tetap enak sih. Kekhawatiran kami akan ramainya pengunjung ternyata tidak terjadi. Sebab antrian dan sesi makan para pengunjung juga cepat.

Jadi begitu sobat Hamim, membaca pengalamanku apakah tertarik dengan rekomendasi pecel di Surabaya W
warung  Mbak Nuning?

Mampir saja sesekali ya hahahaha. Selamat datang di Kota Pahlawan!
Hamimeha
Bismillah, lahir di Pulau Garam, tumbuh di kota Santri, menetap di kota Pahlawan., Saat ini suka berbagi tentang kepenulisan-keseharian-dan parenting., ● Pendidik, ● Penulis 11 buku antologi sejak 2018, ● Kontributor di beberapa media online lokal dan nasional sejak 2019, ● Praktisi read a loud dan berkisah, ● Memenangkan beberapa kompetisi menulis dan berkisah, ● Narasumber di beberapa komunitas tentang parenting dan literasi. ●

Related Posts

38 komentar

  1. kalau kata pak Wied pakar makanan sehat, pecel adalah saladnya orang Indonesia. lebih kena di lidah dibanding saladnya bule. Nyammy ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yupppp betul bunda. Saladnya Indonesia hehehe. Termasuk gado2. Karedok hehee

      Hapus
  2. Wohoo seruu banget yak hunting pecel bareng keluarga.. Nasi pecel emang jarang ditolak sih, selalu bikin kangen dan ngilerrr mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaaaa hahaha.. makanya disebut pecel adalah makanan perjalanan seba nyaris di setiap perjalanan ada warung pecel

      Hapus
  3. Aku baru tau loh arti dipecel itu hahaha. Wah menarik bgt ulasannya. Ingin mencoba makan pecel juga di pinggi pantai :)

    BalasHapus
  4. Makanan favorit sepanjang masa... Saya paling doyan pecel bu Murni yang di jl. A Yani. Selain dekat, murah, juga rasanya endo markendol

    BalasHapus
  5. Ah..Hamim blognya kok jadi cantik gini sekarang. Enak banget bacanya. Btw, jadi pengen ke Surabaya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Uhmmm. Mbak Shanty pengen peluk virtual deh...

      Duh, lope lope pokoknya sama Mbak Shanty.berasa punya mbak ketemu gede

      Hapus
  6. Pecel oh pecel, ini kan saladnya versi orang Indonesia, kapan ya bisa kulineran lagi, jalan-jalan lagi, nyari pecel Surabaya ini.

    BalasHapus
  7. Dulu kalau mau naik gunung ke Semeru atau Raung, di sepanjang stasiun kereta yang kami lewati pasti suka jajan pecel dulu. Dulu ya, waktu kereta api masih bebas pedagang keluar masuk. Jadi jajannya murah meriah. Gak sampai puluhan ribu apalagi ratusan ribu
    Sepuluh ribu itu udah all in termasuk gorengan, jajan minum dan pecelnya yang komplit

    BalasHapus
  8. Dih ngomongin pecel aku jadi ngiler mba, soalnya aku termasuk yang suka banget pecel. Di Bandung, di pasar Gedebage tiap hari Minggu ada yang jual pecel. Khas Madiun atau Sunda aku kurang paham, tapi yang pasti enak banget ya Allah. Pedesnya pas gak pede banget tapi anget. Dikasih kecombrang juga sama bunga honje. Jadi wangi. Karena pandemi dia gak jualan lagi. Sedih banget. Aku belum pernah makan pecel seenak itu.

    Btw, aku juga suka banget makan pecel di pinggir pantai. Kalau ke Pangandaran pasti pesen pecel. Emang nikmat banget ya.

    BalasHapus
  9. Baca-baca ulasannya sdh ngiler kak, aku juga salah satu diantara yg suka makan pecel dan biasa aku minta bumbu kacangnya ditambah krn aku suka kacang🤗

    BalasHapus
  10. kok sama ya mbak aku juga dari tulungagung, deket kediri kan ya hehhe... nyari pecel yang sesuai lidah gak nemu2 di sidoarjo sini. kayaknya patut dicoba ini mbak naning.

    BalasHapus
  11. Waah bisa jadi referensi pas nanti jalan2 ke ssurabaya nih kak.. terimakasih atas tulisannya ya ...

    BalasHapus
  12. waaa favorit nih :) paling suka nyari pecel kalo lagi kulineran ke daerah jawa timur, karena rasanya juara banget hehe

    BalasHapus
  13. Mbak, aku baca ini pagi-pagi pas belum sarapan pula, wkwk.. jadi auto laper, dan kangen pantai dong. Mampir ah kalo ke Sby nanti abis pandemikk..

    BalasHapus
  14. Kata temanku, Surabaya itu kaya kuliner. Sayangnya saya cuma numpang nginep doang di sana. Gak sempat icip2

    BalasHapus
  15. Seru juga ya jalan-jalan ke Surabaya apalagi menikmati pecel warung Mba Naning, mau baca tulisan ini aja saya jadi lapar :)

    BalasHapus
  16. Ini dari gambarnya kok enak banget ya mbak. Padahal aku nggak begitu suka makan pecel

    BalasHapus
  17. Aku tadi pagi sarapan pecel. Lihat ini malah pengen makan pecel lagii lhoo hahaha

    BalasHapus
  18. Wah harganya mayan ya mbak, kalau pecel sih di dekat rumah ada yang maknyus rasanya. Tapi kalau mau beli di warung favorit ini, kudu siap antre dari jam 6 pagi atau malah subuh. Saking ramenyaa.

    Aku lebih suka pecel yang bumbunya diuleg sendiri, daripada yang bumbu siram langsung jadi gitu. Rasanya lebih mantap. Dan, aku juga typical yang nggak terlalu penting sama lauknya, yang penting sayur mayurnya banyak wkwk.

    BalasHapus
  19. Penampakan yang lezat dan pengen mencobanya juga mbak. Harganya lumayan ya, tapi yang dipesan banyak kok ya. Kapan ya ke Surabaya lagi terakhir tahun 2019.

    BalasHapus
  20. Makan pecel di pinggir pantai. Duuh..sedeeep betuul.. Pecel juga kesukaanku mba, baik pecel madiun atau daerah2 lain. Asal bisa pilih nggak pedees hahaha..

    BalasHapus
  21. Aku belum pernah nyobain pecel di Surabaya langsung, tapi sering nyobain pecel ala Surabaya di Bali, wkwkwkwk
    Harganya cuma 25k udah dapet es teh.

    BalasHapus
  22. Kalau lagi tugas ke Surabaya, paling suka hunting makanan daerahnya. Harganya murah, enak lagi. Nah, yang ini aku masukin list :) harus ku coba..apalgi lihat lengkap menu-menu pendampingnya lengkap euy

    BalasHapus
  23. Mungkin karena pake standar lotek, jadi kalau saya seleranya asal pedes aja. Dan saya tim pecel ga pake lauk, kecuali kalau lagi lapar banget hihi.
    Belum pernah nyoba pecel yg Jawa Timuran langsung di tempatnya, emang sambalnya agak manis ya ternyata.

    BalasHapus
  24. Aku setuju sama mas-mas tuh, arek kulonan, kalau dha makan oecel, cukup sama sayur, rempeyek,dan bu.bu pecel, wes mantab. Kalau di jember ada banyak pilihan pecel, yang legendaris pecel garahan.

    BalasHapus
  25. Mantap juga nih, buat referensi makanan pas senggang di waktu istirahat. Kalau suka sama pecel yang ada sekitar Pasar Tidar. Bumbunya lebih kental jadi gak kayak kuah.

    BalasHapus
  26. Wah tergiur sama gambar picalnya dan aku setuju kalau pecel itu banyak pilihan pelengkapnya jadi lebih enak aja gitu kak...

    BalasHapus
  27. Aku belum pernah nih mbak ke surabaya, baru pernah ke madiunnya malah. mudah-mudahan bisa ke surabaya dan bisa nyobain pecel bu naning secata langsung heehe

    BalasHapus
  28. Wah the best nih menikmati pecel dipinggir pantai

    BalasHapus
  29. Pernah beberapa kali ke Surabaya di daerah RS Islam Surabaya - A Yani. Saya nggak tahu apakah daerah RSI ini dekat dengan pecel mbak Nuning atau tidak.

    Kalau saya melihat-lihat dari bentuk dan penampakannya, pecel di Surabaya ini mirip dengan lotek kalau di Sunda.

    BalasHapus
  30. Wah seru banget mba, makan pecel di tepi pantai. Solusi tepat banget saat ingin makan di luar di tengah pandemi ini.

    Saya juga suka pecel, di kota kelahiran saya Bukittinggi juga ada tapi namanya pical. Memang jenis sayur yang digunakan dan rasa kuah/sambel kacang berbeda dengan yang saya temui di Jakarta.

    150rb tuk 3 porsi pecel emang mahal menurut saya. Apakah ada tambahan lauk iga sapi makanyajadi mahal? wkwk

    BalasHapus
  31. Pecel kalau di tempat suamiku Comal l, namanya Lotek mbak. Padahal kalao di Kendal. Pecel ya pecel sayuran begini ya. Di SBY aku dua kali tapi belom sempet cobain pecel mba Naning ini. Next kalau dah ada rejeki waktu dan materi semoga bisa incip2 ke sini juga

    BalasHapus
  32. Wahh deket Klampis nih, bisa jadi acuan kalo pas pingin pecel.
    Nice review mbak.

    BalasHapus
  33. Wah aku salfok anak-anak doyan pecel ya mbak? Salut euy doyan sayur. Pecel 150rb lumayan juga ya. Tapi kalau lauk lengkap dan rasa enak, why not. Apalagi bersih gitu. Aku suka lihat masakan yg dikasih tutup kayak difoto, bersih

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular