=Hamimeha

Ambil Peran Jadi Pahlawan Digital Sebagai Nasabah Bijak, Siapapun Bisa!

27 komentar
Konten [Tampil]
Pahlawan digital sebagai nasabah bijak
Hai Sobat Hamim!

Apakah kalian pernah mendengar istilah butterfly effect? Dilansir dari Wonderopolis melalui kompas.com, istilah butterfly effect tidak hanya digunakan dalam studi tentang cuaca. Tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang menggunakan istilah butterfly effect untuk menjelaskan aksi kecil dapat memulai rangkaian peristiwa yang menyebabkan efek lebih besar dan tidak terduga.

Nah, dalam kesempatan kali ini aku ingin mengajak Sobat Hamim semua untuk ambil peran jadi pahlawan digital sebagai nasabah bijak. Bagaimana caranya? Sederhana donk, kita bisa memulainya dari diri kita sendiri dan kemudian bisa pula menularkannya pada orang lain di sekitar kita.

Maraknya kasus penipuan yang membuat geram di era digital saat ini seharusnya menjadi tanggung jawab kita bersama. Bukan sekadar pihak kepolisian, pemerintah, ataupun mungkin pihak terkait semisal perbankan atau instansi yang kerap jadi kambing hitam oleh oknum yang mengambil kesempatan dengan hadirnya perkembangan teknologi saat ini.

Ah, aku jadi teringat akan dua kalimat bijak yang sering disandarkan sebagai nasihat Ali bin Abi Thalib yaitu, pertama "Kebenaran (kebaikan) yang tak terorganisir akan dikalahkan oleh kebatilan ( kejahatan) yang terorganisir." Dan yang kedua,

"Kezhaliman ( kejahatan) akan terus ada bukan karena banyaknya orang-orang jahat tetapi karena diamnya orang-orang baik."

Lalu apa hubungannya dengan butterfly effect, pahlawan digital, dan dua pesan Ali bin Abi Thalib di atas? Oke, mari kita ulas fakta-fakta kejahatan di era digital yang membuat kita geram padahal sejatinya kita bisa ambil peran untuk mencegahnya.

Berbagai Macam Penipuan di Era Transformasi Digital

Menyoal tentang penipuan, penipuan--dengan segala macam modus dan variannya--tentu punya umur sama panjang dengan peradaban manusia. Bahkan penipuan bisa melakukan proses adaptif dari waktu ke waktu lho!Di era digital saat ini penipuan juga semakin canggih. Kejahatan dunia maya ini sering disebut cyber crime. Hal ini jelas dipengaruhi oleh dampak globalisasi dan perkembangan teknologi yang mengalihkan aktivitas manusia ke media digital.

Pasalnya, dilansir dari https://dataindonesia.id/, berdasarkan data dari portal Patroli Siber, Direktorat Tindakan Pidana Siber Bareskrim Polri, tindakan penipuan online menduduki peringkat pertama kejahatan yang paling banyak dilaporkan pada periode September 2015-September 2020, ada 7.701 laporan. Diketahui, platform penipuan online yang dimaksud didominasi oleh media sosial seperti Whatsapp, Facebook dan Instagram. Diikuti dengan kasus penyebaran konten provokatif (7.501 laporan), pornografi (1.233 laporan) dan akses illegal (991 laporan).

Wah, ternyata lumayan juga ya Sobat Hamim? Nah, lalu apa sajakan bentuk cyber crime yang lainnya? Rupanya ada berbagai jenis kejahatan cyber crime yang perlu Sobat Hamim ketahui. Lihat ilustrasi di bawah ini!

Jenis cyber crime
Dan temuan yang menarik dari berbagai macam cyber crime di atas. Phishing adalah kejahatan cyber yang sering kita temui saat ini. Dan sasarannya adalah masyarakat dengan literasi digital yang minim.

Padahal jika Sobat Hamim ketahui, pertama kali istilah ini muncul tercatat pada tahun 2 Januari 1996. Dulu, para penipu mengirim surel yang sekilas tampak resmi kepada pengguna AOL. Mereka meminta informasi akun para pengguna, kemudian para peretas pakai untuk tujuan jahat. Lebih dari dua dekade setelah itu, serangan phishing tetap menjadi bahaya terbesar di era internet.

Nah, jika Sobat Hamim memperhatikan skema pelaku phishing ini umumnya menggunakan metode yang sama yakni peniruan. Hal ini sangat bisa kita identifikasi melalui alur yang sering dilakukan oleh penipu ketika meluncurkan aksinya.

Sebagaimana yang pernah terjadi pada seorang teman yang aku kenal beberapa waktu lalu, dia adalah pemilik salah satu penerbit indie di Indonesia dan cukup terkenal. Bahkan beliau sendiri juga cukup dikenal sebagai penulis kenamaan di negeri ini.

Entah salah sasaran atau memang oknum tidak melakukan analisa kepada target mereka. Sebuah surat pemberitahuan meluncur ke temanku dengan mengatasnamakan pemberitahuan dari sebuah bank.

Dalam caption unggahan disertai gambar  surat abal-abal, teman yang aku ceritakan di atas ya Sobat Hamim, beliau menulis sebagai berikut:

Berapa banyak kalian temukan kesalahan ejaan, tanda baca, diksi jelek, dan konten aneh di surat hoax ini?

Bersyukur, para penipu tidak dikaruniai kemampuan literasi dengan baik. Jadi kita gampang menebak jika surat ini abal-abal.

Jangan dilayani jika mendapat WA berisi surat ini. Langsung blokir saja. Kalau dilayani lama-lama dia akan minta OTP.

#penipuan
#penipuanonline
#literasidigital

Dari beliau aku belajar jadi #nasabahbijak sekaligus  berasa jadi penyuluh digital sekaligus. Dengan awarre terhadap hal-hal yang mencurigakan, kita bisa berbagi pengalaman dan mengarahkan para pembaca untuk melakukan tindakan waspada.

Dilain kesempatan beliau juga berbagi untuk waspada dengan pesan yang menyematkan link hidup. Link hidup biasanya ditandai dengan tulisan berwarna biru, jika kita klik link tersebut maka kita akan masuk ke web ataupun laman-laman online sesuai panduan si penipu.

Hoax link penipuan
Temanku tadi mengatakan suatu hal yang membuatku juga tersadar, seperti ini:

Kenapa hoax surat BRI banyak makan korban? Ini sebabnya--(dicantumkan juga pict link hidup dari screenshoot wa).Link yang mereka kirimkan akan mengarah pada akses OTP yang berpotensi menguras rekening.

Biasakan konfirmasi ke akun resmi, bertanya kepada CS di kantor bank, atau minimal browsing beirta dulu saat menerima pesan-pesan aneh. 

Pesan bijak dari nasabah bijak yang selalu aku ingat dan aku praktikkan donk. Coba deh baca pengalamanku saat mebayar uang kuliah puluhan juta lewat m-banking. Dag dig dug rasanya!
Lawan cybercrime dengan menjadi penyuluh digital
Dalam surat tersebut sangat terlihat sekali tata bahasanya tidak formal bahkan jauh dari kaidah penulisan yang baku dan benar. Sebagai orang yang sudah bergelut dengan dunia literasi tentu jeli. Beliau kemudian menggungah surat pemberitahuan tersebut lengkap dengan analisa beliau dari tinjauan literasi yakni penulisan.

Aku yang juga mengikuti salah satu akun beliau jadi merasa ikut tercerahkan. Serta mengambil pelajaran dari unggahan yang beliau lakukan. Umumnya, pelaku phishing memang membuat pesan yang tampak resmi dari bank atau organisasi lain yang akunnya kita miliki. Surel dan pesan ini mungkin menggunakan font, gambar, dan logo yang benar, dan bahkan mungkin tampak berasal dari pengirim yang benar.

Dan jika Sobat Hamim pelajari, penipu kerap menggunakan instansi apakah untuk dijadikankambing hitam dari gerakan penipuannya?

Pihak yang Tertuduh Akibat Kasus Penipuan


Definisi cybercrime
Yups! Jika Sobat Hamim menebak bank. Maka jawabnmu adalah tepat. Seringkali, kasus cyber crime menggunakan pihak bank tertentu untuk dijadikan sasaran kambinghitam mereka. Hal ini mungkin terdengar wajar. Sebab jika kita ambil contoh phishing sebagai kejahatan digital saat ini.

Sebab tujuan dari pelaku phishing adalah mendapatkan data-data sensitif korban, seperti identitas diri, password, alamat email, kode PIN, kode OTP (one time password) pada akun-akun keuangan, seperti mobile banking, internet banking, paylater, dompet digital, sampai kartu kredit. Data yang dicuri tersebut digunakan untuk tindak kejahatan seperti pencurian, penyalahgunaan identitas pribadi, hingga pemerasan uang.

Mengapa bank, dompet digital, atau e-commerce menjadi sasaran empuk bagi pelaku phishing. Sebab jika terjadi kesalahan secara psikologis nasabah atau user akan melakukan konfirmasi ke pihak-pihak tersebut. Padahal jika kita mau peka atau awarre atas keanehan atau tindakan mencurigakan yang masuk ke kita maka kita akan lebih mudah terhindar dari pelaku penipuan tersebut.

Masalahnya, (maaf ya) kadang pihak user terlalu egois mengatas namakan "pembeli atau pelanggan adalah raja" membuat mereka merasa mendapat pelayanan maksimal. Ops! Semoga Sobat Hamim yang membaca ini tidak demikian ya? Kita bisa kok jadi pahlawan untuk diri kita sendiri. Alih-alih menyalahakan kenapa kita tidak membuat diri kita lebih waspada secara mandiri. Betul tidak? Yuks jadi nasabah bijak mulai dari kita!
 

Jadilah Pribadi yang Peka dan Sensitif

Yups, kecenderungan korban penipuan digital ini terjadi karena kurang pekanya kita dengan hal-hal yang mencurigakan. Padahal jika kita lebih sedikit sensitif maka kita bisa terhindar dari cyber crime yang marak terjadi.

Nah, Sobat Hamim perlu mengenali aktivitas mencurigakan di internet yang menggunakan modus sebagai berikut :

Pertama, Peretasan akun media sosial

Yups, Detik Inet pernah membahas, peretasan medsos ini bisa terjadi karena si penipu atau cracker menggunakan Teknik social engineering, terutama memanfaatkan kelemahan prosedur akun email gratisan seperti Yahoo! dan Gmail. Si penipu berpura-pura menjadi kamu, membajak email kamu dengan mengikuti prosedur lupa password. Setelah email berhasil diretas, penipu akan membajak medsos, dengan prosedur yang sama yaitu lupa password. Facebook biasanya akan mengirimkan tautan reset password ke email yang sayangnya sudah dikuasai oleh penipu.


Kedua, Peretasan Whatsapp

Hampir sama dengan poin pertama, waspadalah jika ada akun Whatsapp dibajak dengan modus pura-pura menjadi kasir minimarket yang salah mengirimkan kode voucher game.

Kasir tersebut kemudian akan Whatsapp ke nomor Sobat Hamim, lalu mereka minta dikirimkan kode voucher game yang salah dikirim tadi. Padahal, kode yang dimaksud tersebut ialah kode verifikasi. Setelah kamu kirim kode verfikasi, si penipu akan memasukkan kode tersebut dan Whatsapp kamu pun dibajak. Kemudian si penipu mulai melakukan aksi serupa, menghubungi kontak yang ada di Whatsapp kamu untuk meminta uang.

Hal ini kerap terjadi pada orang awal yang minim literasi digitalnya atau bahkan orang yang dalam kondisi membutuhkan biasanya kebutuhan akan finansial, kemudian dapat kabar menang undian dengan syarat mengikuti langkah yang diarahkan oleh penipu. Bahkan bisa juga, sebuah nomor tidak dikenal yang berpura-pura menjadi kamu melalui Whatsapp.

Dia akan memasang foto profilmu yang diambil dari Facebook atau akun media sosialmu yang lain dan memasukkan nama sesuai dengan akunmu di dalam profil Whatsapp. Setelah itu, pelaku penipuan mulai menghubungi kontak-kontak yang ada di Whatsapp Sobat Hamim, mengaku sebagai kamu, dan menawarkan barang dagangan atau bahkan bisa jadi pura-pura butuh bantuan.

Kemungkinan besar, si penipu memperoleh akses kontak kamu dari sebuah aplikasi lain yang baru Sobat Hamim daftar yang tanpa disadari mengizinkan aplikasi tersebut untuk mengakses kontak kamu.

Duh, aku sering mendpatkan laporan seperti ini. Sebab adikku dan kakak iparku pernah mengalami kejadian seperti ini. Biasanya korban peretasan adalah orang yang memiliki jabatan  tertentu di sebuah instansi. Kejadian pada adikku saat itu karena dia sedang menjabat sebagai supervisor. Beruntungnya, ada yang konfirmasi kepada adikku segera. Akhirnya, adikku segera membuat konfirmasi melalui akun-akun media sosialnya.

Ketiga, Penipuan online shop

Penipuan di internet yang paling marak adalah penipuan berkedok online shop (olshop). Awalnya, kamu akan melihat iklan di medsos tentang suatu promo menarik. Setelah diklik, ternyata nih Sobat Hamim akan dibawa ke website yang menawarkan banyak barang branded dengan harga super murah. Menggirukan bukan? Tahukah bahwa dari sisi psikologis , kamu sedang kena psikologi marketing!

Nah, jangan mudah tergiur ya Sobat Hamim dengan iming-iming hadiah, undian, ataupun harga murah. Termasuk ketika mereka memberikan tautan link tertentu (biasanya linknya berbentuk biru dan akhirannya anek seperti xyz). Lebih baik menjadi orang yang mudah curiga sebagai bentuk kewaspadaan daripada kita mudah percaya dan jadi korban penipuan di era digital saat ini.

Teknik yang dilakukan oleh pelaku penipuan di dunia maya umumnya adalah melakukan manipulasi psikologis. Dengan memberikan umpan seperti iming-iming hadiah atau undian, kemudian korban terjerat jebakan permainan mereka. Jika kita kaji, phishing ini mirip bunyinya dengan fishing bukan?
Karena prinsip kerja mereka mirip dengan memancing, yakni Ada “kail” yang tersembunyi di bawah “umpan” (pesan palsu) berupa formulir yang perlu kita isi, balasan yang harus kita kirim, atau tautan yang harus kita klik.
Uniknya, kasus penipuan ini juga dipengaruhi dengan gender korban lho! Disebutkan pelaporan pada rentang September 2015-September 2020 kelompok masyarakat berjenis kelamin laki-laki terpantau oleh Polisisiber mendominasi sebagai pelapor kejahatan dunia maya dengan presentase 59,5% dan perempuan hanya 40,5%. Minimnya akses dan partisipasi perempuan terhadap disinyalir menjadi faktor perempuan enggan melapor. Berbanding dengan laki-laki yang cenderung yang memiliki lebih banyak akses. Ehm, apakah benar demikian ya Sobat Hamim?

Aku jadi teringat dengan proses membayar biaya kuliah beberapa bulan lalu. Sebab pembayaran yang dilakukan secara online membuatku benar-benar waspada. Aku baca dengan cermat setiap langkah dan memperhatikan betul link yang dicantumkan untuk prosedur pembayaran. Jujur, ini pertama kalinya aku melakukan transaksi puluhan juta dan hanya berbekal m-banking. Aku sempat cemas jika salah klik link. 

Tentu berbeda dengan suamiku yang dulu mudah saja melakukan transaksi dengan jumlah  besar. Aku cenderung memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi berkaitan dengan pembayaran melalui digital ini. Apalagi jumlah uangnya besar bukan?

Aku bersyukur pihak kampus memberikan langkah yang cukup detil dan tersistem dengan baik. Kerjasama dengan berbagai pihak bank memudahkan kami melakukan pembayaran cashless. Langkah cerdas yang aku pilih dua tahun lalu adalah membuka akun rekening bank BRI. Hal ini berdampak menurunkan kecemasanku atas pelayanan dari pihak BRI.

Bank BRI memiliki prosedur pelayanan yang detil, mudah, dan tentu sangat membantu bagi seorang ibu rumah tangga namun sekolah lagi seperti aku. Hal ini tentu tak mudah bagi mereka yang tidak melek literasi digital. Maka penting bagi kita semua untuk ambil peran meminimalisir celah adanya cyber crime di sekitar kita. Bagaimana caranya?

Lima Langkah Menjadi Pahlawan Digital Sebagai Nasabah Bijak

Pahlawan digital sebagai nasabah bijak?

Yups mungkin Sobat Hamim, perlu memahami definisi pahlawan yang pernah aku sampaikan di dalam tulisanku sebelumnya. 

"Pahlawan itu adalah orang yang banyak melakukan amal kebaikan atau amal shalih sehingga memperoleh banyak pahala. Bila kemudian ia diberi gelar pahlawan, itu lebih karena citra dirinya sudah terlalu didominasi oleh pahala. Orang seperti ini, biasanya masih tetap mempunyai kesalahan, tapi dapat dihitung jari." ~Arsitek Peradaban

Mungkin sobat Hamim bertanya-tanya, apa itu pahlawan digital. Sebenarnya kata pahlawan ini aku sematkan bagi kalian yang memiliki semangat melakukan kebaikan bahkan jika itu adalah hal yang terlihat kecil sekalipun. Seperti berbagi seputar edukasi tentang literasi digital maupun literasi keuangan melalui akun media sosial atau blog yang kita punya.

Mungkin terdengar sepele bukan? Namun perlu Sobat Hamim ketahui, bahwa aktivitas kecil ini akan memberi dampak besar jika kita lakukan bersama-sama. Yups, seperti butterfly effect yang aku katakan di awla tulisan ini. Apakah ada langkah lain untuk mengambil peran menjadi pahlawan digital?

Yuhuui, aku menuliskan ada lima langkah yang bisa kita lakukan menjadi pahlawan digital sebagai nasabah bijak, yaitu :

1. Jadilah nasabah yang cerdas dan bijak

Bagaimana caranya? Gampang kok Sobat Hamim. Jadilah nasabah yang pekan dan sensitif seperti yang aku uraikan agar kita waspada dengan aktivitas mencurigakan di era digital saat ini.

Mungkin ini suatu hal yang terlihat sepele, namun sejatinya kitalah garda terdepan dari menangkan kejahatan digital yang bisa membuat kita menjadi korban.

2. Tingkatkan keamanan pada semua akun media sosial maupuan akun rekeningmu


Yuhuui, tips ini pun telah aku lakukan. Aku selalu melakukan kode verikasi dua langkah di setiap akses ke akun-akun yang menurutku penting untuk dijaga seperti email, akun bank online, media sosial, dll. Memnag terlihat ribet secara teknis namun secara keamanan ini sangat membuat kiat lebih tenang.

Termasuk membuat pasword yang tidak mudah ditebak. Serta rajinlah melakkan update pasword secara berkala hal ini bisa membantu kita untuk mencegah adanya oknum untuk mencoba masuk ke akun-akun pribadi kita.

3. Jangan mudah percaya

Dengan kata lain, jangan mudah tergiur dengan tawaran atau iming-iming yang dilakukan oleh pihak apapun. Biasakan untuk mencari tahu lebih dalam atau detil kebenarannya.

Biasakan untuk konfirmasi ke kontak resmi atau official instansi yang terlibat. Sebab, setiap instansi yang jelas atau legal maka prosedur mereka melakukan sebuah program pasti rapi dan terbuka.

4. Tingkatkan literasi digital dan keuangan

Nah, sekali lagi bahwa pentingnya bagi kita di era digital saat ini untuk mengimbangi kemampuan kita dengan wawasan dan edukasi seputar digital yang memadai. Bagi orang yang punya wawasan tentu tidak mudah untuk tertipu bukan?

Rajinlah membaca, mencari informasi, atau bahkan ikut webinar terkait literasi digital maupaun literasi keuangan. Dewasa ini, marak seminar, webinar, ataupun forum yang membahas topik-topik yang membuka wawasan kita seputar literasi. Aku pribadi pernah ikut padepokan digital untuk menambah pengetahuanku seputar digital.
Sehingga kita tahu mana hak, kawajiban, serta berbagai hal seputar digital langsung dari pakarnya. Bahkan tak jarang beberapa instansi seperti perbankan misalnya bekerjasama untuk melakukan edukasi seputar literasi digital.

Sebagaimana yang dilakukan oleh BRI yang bekerjasama dengan nasabah bijak melakukan Gerakan #NasabahBijak. Melalui gerakan nasabah bijak ini diharapkan memberikan literasi keuangan kepada masyarakat Indonesia mengenai bagaimana mengelola uang, melunasi hutang, suku bunga, asuransi, tabungan pensiun, pajak, serta produk keuangan seperti kredit dan pinjaman serta memberikan edukasi tentang bermacam kejahatan siber di sektor perbankan dan bagaimaca cara untuk mencegahnya.

Menarik ya, kalian bisa lho jadi penyuluh digital ala-ala hehehe. Seperti di langkah kelima ambil peran menjadi pahlawan digital sebagai nasabah bijak  versi aku.

5. Jangan pelit ilmu dan wawasan

Wah, bagaimana tuh pelit ilmu? Maksudku jangan pelit untuk berbagi kepada masyarakat seputar literasi digital maupun literasi keuangan yang kita punyai. Namun perlu dipastikan, sebelum sharing apa yang kita tahu pastikan jika apa yang akan kita bagi diambil dari sumber yang terpercaya ya!

Penyuluh digital bersama BRI
Yuhuui, lima langkah tersebut mungkin terkesan sepele. Namun tahukah Sonbat Hamim, tidak semua orang awarre dengan hal sepele ini. Maka dengan kita yang memulainya makan setidaknya kita sedang mencoba menjadi pelopor. Harapannya apa yang kita lakukan bisa di adposi oleh orang terdekat kita sehingga menjadi butterfly effect .

Siapapun Bisa Jadi Pahlawan Digital Melawan Cyber Crime dengan 3M

Yoi, setelah membaca ulasanku yang panjang kali lebar melalui tulisanku ini. Sobat Hamim bisa mengambil insight bukan dari apa maksud judul ambil peran jadi pahlawan digital sebagai nasabah bijak. Aku pribadi mendorong siapapun untuk melakukan kebaikanitu mulailah dengan prinsip 3M.

Prinsip 3M itu adalah mulai dari diri sendiri, mulai dari sekarang, dan mulai dari yang kecil atau hal apapun yang kita bisa. Siapapun bisa jadi pahlawan bukan? Ingat kembali, bahwa kejahatan  akan terus ada bukan karena banyaknya orang-orang jahat tetapi karena diamnya orang-orang baik.

Sebagai makhluk Tuhan yang diberi kemampuan berpikir melalui akal dan perasaan kita. Marilah kita menjadi orang yang bermanfaat melalui hal kecil yang bisa kita lakukan. Janganlah berpikir bahwa adanya cyber crime ini bukanlah tanggungjawab kita. Dengan alasan karena kita hanya sebagai user atau nasabah. Mari kita bisa menjadi nasabah bijak bahkan sebagai penyuluh digital lho. Seperti yang dilakukan oleh BRI dengan gerakan #nasabahbijak yang telah aku sebutkan di atas ya.

Mari belajar dari kasus pandemi yang menyerang dunia mulai dua tahun lalu. Sejatinya, garda terdepan yang menjaga agar kita tidak terpapr virus corona adalah imun tubuh kita. Bagaimana penerapan kita terhadap protokol kesehatan. Maka hal tersebut membuat kita menjadi lebih tangguh tidak terinfeksi virus.

Ya, banyak hikmah dari pandemi termasuk percepatan digitalisasi di berbagai lini. Maka mari menjadi manusia yang bijak pula dalam setiap hal termasuk menghadapi kejahatan digital yang marak terjadi. Mulailah dari diri kita, untuk menciptakan butterfly effect kebaikan.

Sudah siap jadi penyuluh digital?   



Sumber :

1. https://dataindonesia.id/digital/detail/kasus-kejahatan-dunia-maya-meningkat

2. https://ditsmp.kemdikbud.go.id/waspadai-kejahatan-siber-yang-sering-terjadi-di-internet/

3.https://www.dewaweb.com/blog/pengertian-dan-jenis-cyber-crime/

4. Facebook/Afifah Afra
Hamimeha
Bismillah, lahir di Pulau Garam, tumbuh di kota Santri, menetap di kota Pahlawan., Saat ini suka berbagi tentang kepenulisan-keseharian-dan parenting., ● Pendidik, ● Penulis 11 buku antologi sejak 2018, ● Kontributor di beberapa media online lokal dan nasional sejak 2019, ● Praktisi read a loud dan berkisah, ● Memenangkan beberapa kompetisi menulis dan berkisah, ● Narasumber di beberapa komunitas tentang parenting dan literasi. ●

Related Posts

27 komentar

  1. Setuju sekali ini, Mbak. Dengan menjadi Nasabah Bijak, Insya Allah akan menghindarkan kita dari kejahatan siber. Nah, kita juga bisa membagikan pengalaman dan info kepada teman lain yang menjadi nasabah bank. Karena cara ampuh mengatasi kejatahan siber bank, dari kita sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mas. Jadi kita sendiri kalo g aware ya mudah tertipu

      Hapus
  2. Cyber crime ini emang bahaya dan menakutkan banget kak, apalagi buat yang gak ngerti. Kita yang anak digital ini harus sering" kasih informasi biar pada aware, karena kasihan banget kak kalau sampai ketipu huhuu

    BalasHapus
  3. Wah, baru tau saya jenis penipuan digital yang bermacam-macam dari artikel mbak ini, bahaya banget yaa. Yang sampai ke WA menyatakan dari BRI masyaAllah moga dijauhkan, jangan sampai kita meladeni menjawab mereka misalnya, bisa menguras rekening nantinya. Astaghfirullah. Terima kasih sharingnya mba

    BalasHapus
  4. Penipuan di era digital semakin samar terlihat jika kita kurang aware ya, makanya kudu menjadi Nasabah Bijak agar terhindar dari tipu-tipu cyber crime, jangan mudah tergiur oleh iming-iming.

    BalasHapus
  5. Mbaakk,, saya juga pernah dapat WA seperti itu.. Dari BRI juga.. Padahal saya bukan nasabah BRI.. Wkwkk..
    Langsung saya balesnya "Saya bukan nasabah bri. Anda penipu ya? Saya laporin ke polisi ya".. Dan sepertinya akhir" ini sering bangst ya, yg mengatasnamanakan bri untk penipuan sperti itu.. Kalo yg dpt pesan kurang paham dgn keamanan digital bahaya jg itu..

    BalasHapus
  6. Peran kecil yang dilakukan dan secara masif digaungkan bisa jadi punya dampak yang besar ya, mbak. Kejahatan siber ini emang bikin gregetan banget, semoga jadi pengingat sekaligus peningkatan keamanan kita dalam bertransaksi lewat internet

    BalasHapus
  7. Duh serem melihat banyaknya cyber crime di sekitar kita. Baru kemarin ada temenku yang kena tipu gini, Mbak. Mungkin pas dia lagi nggak fokus atau lagi lelah, jadinya mudah kena. Pihak berwajib mesti lebih serius menangani cybercrime begini.

    BalasHapus
  8. MAsalah hoax dan penipuan di dunia perbankan makin marak dan canggih. Modusnya juga beragam banget sih, Kita perlu waspada dan jangan sampai salah. Kudu bagus literasi keamanan perbankan biar ngga jadi korban

    BalasHapus
  9. Cyber Creme ini susah dihilangkan ya mbak. Dia terus menyebarkan aksinya untuk menipu banyak orang. Sudah sepantasnya kita menjadi nasabah bijak agar terhindar dari kasus penipuan semacam ini. Kita harus pandai menyaring mana informasi yang benar dan mana yang hoax.

    BalasHapus
  10. Kasus penipuan banyak dan marak sekali makin ke sini. Karena masih banyak juga masyarakat yang mudah tergiur oleh sesuatu, serta kurang peka terhadap informasi.

    Sudah saatnya kita jadi pelanggan yang bijak dan waspada terhadap informasi apapun.

    BalasHapus
  11. Ngeri, kasus penipuan kian hari semakin meningkat. Pelakunya sekarang bukan hanya orang biasa loh, dari oknum aparat pun juga ada. Naudzubillahimindzalik...
    Semoga kita semua masih dalam lindungan Allah dan dijauhkan dari orang-orang munafik...Aamin

    BalasHapus
  12. Sosialisasi seperti ini memang harus terus digencarkan, mengingat sudah banyak juga kasus ya.
    Dengan begitu kitanya bisa lebih waspada

    BalasHapus
  13. Wah iya
    Harus banget melakukan sosialisasi seperti ini
    Ini peran yang bisa kita lakukan untuk menjadi pahlawan digital ya mbak

    BalasHapus
  14. yesss, mesti rajin update sama info-info literasi keuangan yaa dan sebarin ke temen-temen dan keluarga meminimalisir tindakan penipuan online di lingkaran terdekat

    BalasHapus
  15. Zaman now memang haru jadi nasabah bijak nih,
    Soal link yang sering disebar lewat WA nih, masih banyak aja yg ngeklik. Emang harus ada sosialisasi sih menurut aku...

    BalasHapus
  16. Modus penipuan sekarang ini udah macem2 aja ya kak, termasuk pencurian data yang lagi marak. Kemaren aq juga baru dapat WA yang mengatasnamakan bank BRI, auto blokir langsung biar gak gatel pengen ladenin

    BalasHapus
  17. Zaman sekarang itu kayaknya jadi orang yang curigaan ada baiknya ya, biar gak gampang percaya sama penipu. Soalnya zaman sekarang makin banyak penipuan seperti ini.

    BalasHapus
  18. Di era digital saat ini penipuan juga semakin canggih. Kita harus bijak dan kudu teliti biar gak gampang ketipu bosks kayak gini. Duh suka gemes ama pelaku pingin tak hiiih

    BalasHapus
  19. Pp akuu pernah diambil.penipu via wa, parahnya temenku kenaa tipu mengatas namakan aku 😭😭untung cm 1 orang kena 250rb.

    Cyber crime emang lg marak dilakukan penipu hati2 ya sobatku

    BalasHapus
  20. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  21. Aku sering banget dapet sms yg ngaku2 dari bank gitu mbak, padahal kami nggak ada yg pake bank tersebut hahaha suka heran tapi aneh juga

    BalasHapus
  22. Baca artikelnya Mba hamim jadi tahu apa saja jenis cyber crime ini, jadi makin dan lebih hati-hati dalam penyebaran data, ga boleh sembarangan berikan data ke siapapun

    BalasHapus
  23. Penipuan dan kejahatan siber yang kini semakin marak membuat banyak orang jadi khawatir. Sebaiknya memang dibekali dengan literasi digital untuk menjadi nasabah bijak yang selalu teliti saat berhubungan dengan dunia digital apalagi berkaitan dengan dunia perbankan.

    BalasHapus
  24. Penipu tuh makin ke sini makin canggih deh. Kalau ada yg telepon ngakunya dari bank, itu suaranya memang profesional banget. Dan kita bisa percaya aja. Pokoknya harus waspada banget deh...

    BalasHapus
  25. Maraknya penipuan Siber buat kita harus lebih waspada, aku juga pernah nih Hampir jadi korban penipuan perbankan, Alhamdulillah masih bisa berpikir logis. Bener banget kalau kita harus ambil peran jadi pahlawan digital sebagai nasabah bijak. Dengan memulainya dari diri kita sendiri kemudian bisa pula menularkannya pada orang lain di sekitar kita.

    BalasHapus
  26. Waaah, penjelasannya runtut dan jelas banget.
    Semoga kita kehindar dari soceng gini ya, bun...

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular