=Hamimeha

Sambal Pemadam Kelaparan, Wajib Dicoba!

10 komentar
Konten [Tampil]



Sambal pemadam kelaparan

Sejujurnya ini tulisan curhat tentang selera makanku. Aku lahir dari keluarga pecinta sambal. Alhasil, hal tersebut terbawa hingga aku dewasa. Rasanya ada yang kurang jika makan tanpa sambal. 


Sayangnya, semenjak hidup jauh dari orang tua, aku sering merasa kehilangan selera makan. Mungkin bisa dibilang aku tipe pemilih, hehehe. Istilah kerennya picky eater ya.


Hingga suatu hari aku menemukan adanya terobosan menu sambal kemasan. Aha, tampaknya aku bisa membangkitkan selera makanku kembali. 


Nah, aku akan bercerita tentang pengalamanku menemukan sambal itu. Aku menyebutnya sambal pemadam kelaparan, hwakaka.



Apakah makanan pedas berbahaya?

Beberapa orang sering berpikir bahwa makanan pedas berbahaya. Apalagi jika dikonsumsi oleh orang yang mengidap penyakit saluran pencernaan seperti maag, memicu asam lambung naik, dan mengiritasi usus.


Namun seringkali pernyataan tersebut tidak diiringi dengan data empiris dan bersandar pada pengalaman yang bersifat kasuistik.


Faktanya, makanan memang bertambah nikmat jika dilengkapi dengan sambal. Selera makan juga semakin meningkat jika kita bisa menemukan sambal yang pas dengan selera makan kita. Iya tidak?


Apakah makanan pedas berbahaya

Nah, yang perlu dicatat adalah makan sambalnya jangan berlebihan, secukupnya saja. Dan lagi pastikan kalian tidak dalam kondisi mengalami gangguan pencernaan kronis. Artinya, makan sambal sah-sah saja asal tidak berlebihan ataupun terlalu sering.


Bisa jadi makan sambal secara berlebihan memang berbahaya. Namun, selain itu perlu kita ketahui bahwa sambal juga ada manfaatnya lho!


Sambal tak hanya menambah nikmat menu makanan kita. Ada  manfaat lain saat kita mengkonsumsi sambal karena kandungan senyawa capsaicin, vitamin C, dan vitamin A pada cabai sebagai bahan dasarnya. 


Pertama,  kandungan vit C dan vit A pada cabai cukup tinggi. Keduanya merupakan zat antioksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan penyakit. 


Kedua, dilansir dari laman online halodoc menyebutkan bahwa kandungan senyawa capsaicin pada cabai dapat meningkatkan temperatur tubuh dan mempercepat kerja metabolisme sehingga mempercepat pembakaran kalori dalam tubuh. 


Ketiga, tak hanya mampu menjadi media untuk diet. Ternyata kandungan senyawa capsaicin juga berkhasiat menghambat bahkan mematikan sel-sel kanker. 


Keempat, sambal dengan bahan dasar cabai yang mengandung senyawa capsaicin dapat menjaga kesehatan jantung. Sebab, kandungan capsaicin terbukti efektif melawan inflamasi dan mencegah pembekuan darah agar jantung tetap sehat.


Nah, buat pecinta sambal boleh senyum-senyum nih hehehe.



Kandungan dalam sambal

Kandungan cabai

Faktanya, tanaman dengan nama latin  Piper retrofractum Vahl (cabai) ini sudah dijadikan bumbu masak  sejak jaman dulu. Selain memperkaya cita rasa masakan juga  untuk mengobati radang dan melancarkan sirkulasi darah.


Namun jika diurai lebih detail. Sambal memiliki banyak varian. Ada sambal bawang, sambal terasi, sambal lombok ijo, sambal rujak, sambal matah, sambal dabu-dabu, sambal colo-colo dan lain sebagainya. Kamu suka yang mana? 


Jadi setiap jenis sambal dengan bahan pelengkap selain cabe akan memberikan manfaat tersendiri. Contoh sambal dabu-dabu.


Bahan sambal dabu-dabu terdiri dari  cabai merah besar atau cabai rawit merah, tomat, jeruk, limau, garam, gula, dan minyak. Nah, bisa kita lihat ada jeruk yang mengandung vit C dan tomat yang mengandung vit A. Hal ini berlaku untuk sambal yang lain dengan bahannya pelengkap lainnya.


Sambal pemadam kelaparan ala aku

Dari banyaknya varian sambal yang ada. Manakah sambal pemadam kelaparan ala aku? Sejujurnya, tidak ada yang bisa mengalahkan sambal buatan ibuku. Hanya dengan cabai, tomat, bawang, dan garam maka mamak bisa menyajikan sambal yang begitu nikmat. Meski sajiannya hanya nasi, tempe, dan tahu hangat. 


Sayangnya, sejak merantau menikmati sambal andalan menjadi hal yang langka. Apalagi sambal yang dibeli di warung makanan tidak tahan lama. Sehingga tidak bisa dijadikan stok.


Nah, tahun lalu saat awal 2020, seorang teman menawarkan ada produk sambal kemasan. Wah, aku tertarik. Ternyata mulai banyak yang produksi sambal kemasan bahkan menjual di beberapa tempat belanja sekitar kami. 


Sambal pemadam kelaparan ala aku
Sambal pemadam kelaparan ala aku

Sekali lagi, sebagai picky eater tidak mudah bagi aku buat cocok dengan selera makanku. Ada yang terlalu pedas, ada yang banyak sekali minyaknya, ada yang secara pengemasan kurang aman dan lebih parahnya lagi ada yang rasanya tercium aroma tengik. 


Akibat pengalaman yang kurang mengenakkan tersebut, akhirnya kami memutuskan untuk tidak membeli sambal kemasan lagi. Dan setiap kali ingin sambal harus bergelut dengan kupas bawang, potong cabe, tomat, dan lainnya. Bagi aku yang punya balita super aktif  tentu merepotkan. Hiks.


Alhasil makan sambal sesuai selera menjadi momen langka. Hingga akhirnya seorang teman di facebook sedang mempromosikan produk homemade-nya. Awalnya beliau produksi bumbu dasar seperti bumbu dasar kuah bening, bumbu dasar kuah santan, bumbu nasi goreng jawa, bumbu dasar bebek hitam, dan terakhir sambal bawang.


Aku bukan tipe yang mudah tertarik. Aku amati pergerakan produksi dan perkembangan bisnis serta cara beliau promosi. Tak jarang beliau menunjukkan cara mengolah, bahan yang dipilih, dan apa saja kreasi menu yang bisa dibuat dari bumbu produksi beliau melalui beranda facebook miliknya. 


Melihat nasib bawang merah, bawang putih, cabai, serta perbumbuan yang selalu membusuk akibat tidak segera dieksekusi membuat aku berpikir, "Kenapa gak mencoba beli yang langsung jadi?" Nah, aku teringatlah dengan bumbu Jeng Esti yang sering mampir di beranda. 


Kenapa gak bikin sendiri? Rempong ferguso. Mendampingi anak balitaku sudah cukup menguras energi. Akhirnya, aku coba semua bumbu Jeng Esti tak terkecuali sambal. 


Wow, sesuai perkiraan bahwa bumbu kemasan ini bisa jadi jalan ninjaku menyelamatkan bahan dapur yang membusuk. Khusus sambal bawang, aku memperlakukannya special. Sebab pernah kecewa dengan sambal kemasan sebelumnya. Aku coba mencicipi sedikit eh lama-lama ketagihan hahaha.


Berasa ingat suasana rumah, sambal bawang Jeng Esti sering jadi sambal pemadam kelaparan. Apalagi jika perut keroncongan tengah malam. Asal ada nasi, goreng saja tempe dan telur ceplok (mata sapi) dicolek dengan sambal bawang Jeng Esti makin nikmat. Hehehe.


Oke, fiks akhirnya aku menemukan sambal yang sesuai seleraku. Yeay!


Mengapa pilih produk sambal bawang dari Jeng Esti?

Kenapa pilih produk Jeng Esti dari produk-produk yang ada? Nah, seperti yang aku tuliskan di atas. Sebelum aku memutuskan untuk membeli produk tersebut. Aku telah mengamatinya sekian waktu dan akhirnya memutuskan membeli.


Ada tujuh  alasan yang membuat aku jatuh hati dengan produknya Jeng Esti terkhusus sambalnya. 


Pertama, bahan

Bahan berkualitas

Seringkali kita mendapati untuk produk makanan kemasan pasti bahan yang digunakan tidak terlepas dengan yang namanya penyedap, pengawet, dan bahan lain yang kurang sehat jika dikonsumsi oleh tubuh. 


Nah, aku membuktikan sendiri jika dalam produk yang diproduksi oleh Jeng Esti benar-benar terbuat dari dominan bahan alami rempah-rempah, seperti; bawang merah, bawang putih, kemiri, lengkuas, kunyit, sirih, dan lain-lain. Jikapun pakai tambahan tertulis kaldu jamur. Wah, jarang sekali menemukan produk dengan bahan alami bukan? 


Tak hanya itu, sempat juga aku membaca status Jeng Esti saat mencari bahan untuk memproduksi bumbu dan sambalnya. Ketika itu beliau bercerita bagaimana proses mendapatkan bahan dengan kualitas terbaik. 


Selain itu, sempat juga bahan mentah yang akan digunakan produksi tidak sempat tereksekusi dikarenakan kondisi si kecil sakit. Lalu bagaimana dengan bahan tersebut? Ya tidak jadi dipakai. Jeng Esti merelakan untuk mencari bahan yang lebih fresh untuk menjaga kualitas produknya. 


Nah, jelaslah hal semacam ini menunjukkan jika Jeng Esti tidak sembarang dalam membuat produk terbaik untuk para konsumennya. Wajar saja aku jadi repeat again buat beli sambalnya, huhuhu. 


Kedua, cara mengolah






Selain mempertimbangkan bahan. Poin kedua yang aku perhatikan adalah cara mengolahnya. Aku melihat Jeng Esti ini tak jarang menunjukkan bagaimana proses pembuatan bumbu-bumbu dan sambalnya.


Hal itu membuatku teringat akan pernyataan seorang teman, "Pedagang yang berani menunjukkan dapurnya itu artinya dia bisa menjamin bahwa produknya diolah dengan cara aman dan terbaik." Wah, Jeng Esti ini bisa membuktikan itu lho!


Apalagi bicara makanan halal maka yang perlu kita pertimbangkan bukan sekedar bahannya tapi juga cara mengolahnya, iya tidak?


Thayyib dan halal.


Ketiga, kemasan aman


Kemasan bumbu jeng esti

Di dunia para pedagang online, memproduksi kemasan menjadi hal penting. Sebab produk harus bisa dijamin keamanannya saat sampai di tangan konsumen. 


Pertama kali aku order cukup heran. Sebab paket yang datang kemasannya gede dan terlihat tebal.Ternyata untuk menjaga keamanan barang di dalamnya, Jeng Esti memberikan banyak lapissn untuk melindungi barangnya. 


Setelah kubuka, packagingnya juga simple. Bumbu-bumbu diletakan di kemasan wadah ukuran 150 ml bertutup bulat yang di dalamnya ditutup lagi dengan alumunium foil. Jadi bisa menjaga agar isi dalam wadah tidak tumpah. 


Untuk packaging yang sederhana tampaknya Jeng Esti fokus pada produk agar aman. Terlihat saat aku mencoba meletakkan wadah dengan cara terbalik, bumbu dalam kemasan tidak meluber keluar wadah. Ehm, sip kan!


Keempat, harga


Menurutku dengan kebutuhanku sekarang, harga yang dibandrol Jeng Esti untuk masing-masing produknya cukup terjangkau.


Sebut saja bumbu dasar bening dan santan. Kedua bumbu jadi tersebut membuatku lebih berhemat. Sebab keduanya bisa aku miliki hanya dengan uang 50ribu saja.


Nah, jika aku harus mengolah sendiri maka aku butuh beli bahan mentahnya yang entah bisa bertahan berapa lama. Sebab, aku jarang masak. 


Terakhir aku belanja pekan lalu, harga perseperampat kilo bawang merah dan putih sekitar 8 ribu.  Nah jika ditotal sudah 16 ribu, belum minyak, waktu, dan tenaganya. Sedang sewadah 150ml bumbu bisa aku pakai hingga berkali-kali. Jadi, bagiku sebuah keuntungan dengan adanya produk ini. 



Harga bumbu Jeng Esti


Kenapa gak bikin sendiri?

Sejujurnya ingin begitu. Tapi dengan kerempongan  duo balita yang sedang aktif-aktifnya tentu tidak mudah. Selain itu, aku berpikir hal-hal yang bisa didelegasikan maka waktu yang kita punya bisa dioptimalkan untuk hal lain. Salah satu  urusan yang bisa didelegasikan bagiku adalah urusan perdapuran ini. 



Kelima, tempat terjangkau


Kebetulan Jeng Esti ini rumah produksinya berdomisili di kota yang sama denganku. Jadi, memudahkan aku untuk beli dan tidak butuh waktu lama pengirimannya ketika order.


Apakah tidak bisa dikirim ke luar kota? Bisa insya Allah. Aku sering melihat di beranda Jeng Esti membagikan screenshot percakapan dengan customernya yang  berasal dari kota lain dengan beliau. 


Mengamati cara Jeng Esti mengemas paket dan produknya sendiri. Insya Allah, aman. Akupun membuktikan bumbu dan sambal pernah lupa tidak aku masukkan ke kulkas setelah dipakai dan semalaman berada di suhu ruang. Apakah bau? Alhamdulillah, masih aman. 


Bahan berkualitas dan cara mengolah yang baik akan membuat hasil produknya juga terjamin. Kata temanku dulu sesama pedagang makanan.



Keenam, banyak varian dan ukuran


Varian bumbu dan sambal.jeng esti

Dalam hal membeli online aku suk jika beli di toko yang sama dengan menyediakan banyak pilihan produk. Nah, aku menemukan itu di lapaknya Jeng Esti. Hemat ongkir uey!


Tak hanya itu, tersedia banyak pilihan ukuran juga. Kita bisa membeli sesuai kebutuhan kita. Aku pernah melihat postingan Jeng Esti saat menyelesaikan orderan pembelinya dengan ukuran custom. Wah, bisa ya? Entar langsung cus ke lapaknya saja ya hehehe. 



Ketujuh, amanah


Poin terakhir ini agaknya tidak ada hubungan dengan produknya tapi ke pelayanan dan aftersale-nya. Kedua hal tersebut adalah  salah satu kunci keberhasilan seorang pedagang membuat customer loyal di era sekarang.


Hal ini pernah aku rasakan saat melakukan pembelian keduaku. Kebetulan aku beli produk yang lagi promo. Beli 3 gratis 1, nah saat itu ternyata bonus yang aku inginkan habis. Jeng Esti menawarkan apakah aku bersedia memilih produk lain?


Aku masih kekeh dengan produk bonus pilihanku. Jeng Esti dengan sabar melayani dan menyampaikan bahwa harus menunggu sebab belum produksi lagi. Dan untuk bonus akan dikirim menyusul dan free ongkir.  Oh ya, Jeng Esti ini kalau produksi terbatas tapi permintaan selalu membludak. Luarbiasa ya!


Akhirnya, aku iyakan. Hingga beberapa waktu aku nyaris lupa. Saat sudah produksi aku langsung dihubungi beliau, sayangnya aku sedang di luar kota. Alhasil bonus tidak jadi dikirim.


Saat aku sudah balik dari luar kota, aku berencana order sambal bawang lagi. Nah, aku teringat bonusku. Aku meminta untuk sekalian dikirim bersamaan dengan orderanku yang baru.


Bagaimana dengan ongkir?

Free ongkir lho, sesuai janji Jeng Esti di awal. Padahal kan aku juga bikin orderan baru. Nah, ini yang membuat aku gak kapok buat order lagi hehehe meski harus rebutan.


Nah Sobat Hamim, itulah pengalamanku  jatuh hati pada sambal bawang Jeng Esti. Udah semacam orang lagi ngincer gebetan ya. Dikepoin dulu baru deh PDKT hahha. Selanjutnya, terserah Anda!


Aku sendiri cocok sama rasa sambal bawangnya selain karena tujuh alasan di atas. Aku merasa pedas yang disajikan itu pas. Gak terlalu pedas tapi nikmat. Mungkin bagi pecinta pedas banget bisa request kali ya level pedasnya. 


Aku salah satu orang yang mengidap maag akut. Jadi saat menikmati sambal harus hati-hati. Tapi maag kambuh ada banyak faktornya kok, bukan hanya karena sambal bisa jadi karena pikiran. 


Tetap aku mengatakan lagi, bahwa makan makanan pedas secara berlebihan jelas tidak baik. Jadi, sewajarnya saja ya. 


Dan bagi kamu yang memiliki toleransi urusan perdapuran seperti aku. Bumbu-bumbu dari produk Jeng Esti bisa jadi pilihan lho! Gak perlu rempong sehingga menghemat tenaga dan waktu, iya kan?


Yuks segera order saja ke lapaknya Jeng Esti. Stok sering terbatas jadi buruan sebelum kehabisan!


Cuss lah!


Hamimeha
Bismillah, lahir di Pulau Garam, tumbuh di kota Santri, menetap di kota Pahlawan., Saat ini suka berbagi tentang kepenulisan-keseharian-dan parenting., ● Pendidik, ● Penulis 11 buku antologi sejak 2018, ● Kontributor di beberapa media online lokal dan nasional sejak 2019, ● Praktisi read a loud dan berkisah, ● Memenangkan beberapa kompetisi menulis dan berkisah, ● Narasumber di beberapa komunitas tentang parenting dan literasi. ●

Related Posts

10 komentar

  1. Aku juga suka bebikininan bumbu dasar ini sih, tapi kalau ga sempat ya beli juga. Dengan adanya bumbu dasar bikin urusan masak memasak jadi ringaan. Boleh juga rekomendasinya mba!

    BalasHapus
  2. Aku sebagai anak mager terbantu dengan informasi ini apalagi ppkm kayak gini semakin bikin aku mager buat keluar. Btw thanks ya infonya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hwkaakkaa...

      Setidaknya waktu yang lain bisa kita gunakan untuk hal lain kk

      Hapus
  3. Ngomongin pemadam kelaparan jadi kesangkut di sini nih, Mom :D.
    Dah praktis, terjangkau, dan halal yak :D
    Duh jadi ngiler, ada yang pedesnya natural nggak mom? yang nggak pedes-pedes amat gitu, wkw :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buat aku las Bun. Jadi tinggal kita ambil sambalnya seberapa hehhe.

      Karena pedasnya tuh ga setrong banget jadi dilidah gak panas sih

      Hapus
  4. Sambal teman setia yang tak boleh dilupakan ya. Serahkan pada Jeng Esti kita tinggal nikmati di rumah ay

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hwkakakaka iya hahha. Langsung cuss ke lapaknya ya kak. Tuh udah aku kasih linknya

      Hapus
  5. Aku adalah orang yang sering kambuh maag tapi nggak bisa lepas cabeeeee. Pecinta sambel nih tiap makan harus epdes biar semangat. Ulsannya bikin langsung pingin makan loh mbak. Lengkap bgt :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah iyaaaa aku pun begitu mbak wid. Pecinta sambel mah pokoknya...

      Hapus

Posting Komentar

Popular